Rabu, 27 November 2013

PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST



MAKALAH KONSERVASI TANAH DAN AIR
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST



Oleh :
KELOMPOK III

ITON
LAMJAYA SIMANGUNSONG
LENDRA HARTINA KRISTIANI
IKIN CATUR SETIADI
HUSIN
SIGIT NURUL HUDA
ADI DWIGUNA
REO HAMBAWAN
ROKENA
PRAVITA ISWATI. K
CAA 111 0025
CAA 111 0026
CAA 111 0027
CAA 111 0029
CAA 111 0030
CAA 111 0031
CAA 111 0033
CAA 111 0034
CAA 111 0035
CAA 111 0036









KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
2013


I.                   PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Tanah sebagai sumber daya alam telah mengalami berbagai tekanan seiring dengan peningkatan jumlah manusia. Tekanan tersebut telah menyebabkan penurunan mutu tanah yang berujung pada pengurangan kemampuan tanah untuk berproduksi. Penurunan mutu tanah tersebut disebabkan oleh proses pencucian hara dan proses erosi tanah terutama pada lahan-lahan yang tidak memiliki penutupan vegetasi. Di Indonesia erosi yang sering dijumpai adalah erosi yang disebabkan oleh air.
Erosi merupakan peristiwa hilangnya lapisan tanah atau bagian-bagian  tanah. Erosi menimbulkan kerusakan pada tanah tempat terjadi erosi dan pada  tujuan akhir tanah terangkut tersebut diendapkan. Secara deskriptif, Arsyad (2000)  menyatakan erosi merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah,  topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.
Proses erosi terjadi melalui tiga tahap, yaitu pelepasan partikel tanah,  pengangkutan oleh media seperti air adan angin, dan selanjutnya pengendapan.  Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi adalah curah hujan, tanah,  lereng (topografi), vegetasi, dan aktifitas manusia.

1.2    Tujuan
Tujuan dari makalah konservasi tanah dan air dengan materi prediksi erosi berdasarkan erosivitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, pengolahan tanah dan jenis tanaman adalah untuk mengetahui laju erosi pada lahan yang diukur berdasarkan perhitungan USLE dan GUEST


II.                PREDIKSI EROSI

2.1  Pengertian erosi
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan  gravitasi (Hardjowigeno, 1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000)  menyatakan erosi merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah,  topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.

2.2  Pengertian Prediksi Erosi dan Macam-Macam Metode Perhitungan Prediksi Erosi
Prediksi erosi adalah suatu pendugaan terjadinya terkikisnya tanah (erosi) pada lahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, iklim dan manusia. Metode-metode yang sering digunakan untuk mengukur tingkat laju erosi dapat menggunakan metode USLE dan metode GUEST.
2.2.1        Metode USLE (Universal Soil  Loss Equation)
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem  pertanaman dan  pengelolaan tertentu  (Wischmeier dan  Smith,  1978). Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam Arsyad, 2000).Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode yang  umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Adapun persamaan ini adalah:
A = R . K . L . S . C . P

Keterangan:
A : Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1 tahun-1;
R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30),
K : Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu tanah  yang  diperoleh  dari  petak  homogen  percobaan  standar,  dengan panjang 72,6 kaki (22 m) terletak pada lereng 9 % tanpa tanaman;
L : Faktor panjang lereng 9 %, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22 m) di bawah keadaan yang identik;
S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatutanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 % di bawah keadaan yang identik;
C : Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi  dari  tanah yang  identik tanpa tanaman;
P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam kedaan yang identik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang terjadi di suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan besarnya erosi menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi penelitian, sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (cm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max =curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan.
Perhitungan faktor erosivitas hujan (R) yang lain dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini.
R = (0.41 x H)1.09
dimana H = curah hujan (mm/th).

2. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan  atau menyebabkan erosi. Indeks erosivitas hujan yang digunakan  adalah EI30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan  butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air  hujan sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan  distribusi tetesan air hujan, dimana keduanya mempengaruhi besar  energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa  erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau  momentum, yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak, 1995). Persamaan yang umum digunakan untuk menghitung erosivitas  adalah persamaan yang dikemukakan oleh Bols (1978) dalam Hardjowigeno (1995). Persamaan tersebut adalah :



El30 = 6,119 R 1,21 x D -0,47 x M 0,53


keterangan :
EI30 : Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
R12 : Jumlah E130 selama 12 bulan
R : Curah hujan bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan
M : Hujan maksimum pada bulan tersebut (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain  dapat menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989) sebagai berikut :
R = 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang  terakhir ini lebih sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.

3. Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata  setiap tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman (gundul), tanpa usaha pencegahan erosi,  lereng 9% (5°), dan panjang lereng 22 meter (Hardjowigeno, 1995).  Faktor erodibilitas tanah menunjukan kekuatan partikel tanah  terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh  adanya energi kinetik air hujan. Besarnya erodibilitas tanah ditentukan  oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah,  kapasitas infiltrasi, dan kandungan bahan organik serta bahan kimia tanah. Metode penetapan nilai faktor K secara cepat dapat dilihat pada  Tabel 2 dengan terlebih dahulu mengetahui informasi jenis tanah. Nilai  faktor K juga dapat diperoleh dengan menggunakan nomograf  erodibilitas tanah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1. Nomograf  ini disusun oleh lima parameter yaitu % fraksi debu dan pasir sangat  halus, % fraksi pasir, % bahan organik, struktur tanah, dan permeabilitas tanah (Purwowidodo,1999).
Gambar 1. Nomograf Erodibilitas Tanah (United States Environmental Protection Agency, 1980 di dalam Asdak, 1995)
Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan bahan organik tanah (Wischmeier et al., 1971). Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan nomograph atau rumus Wischmeier et al. (1971) sebagai berikut:
100 K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
a   : % bahan organik (% C x 1,724)
b   : kode struktur tanah
c   : kode kelas permeabilitas penampang tanah

Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi - sangat tinggi), angka 6% tersebut digunakan sebagai angka maksimum. Penilaian struktur dan permeabilitas tanah masing-masing menggunakan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penilaian struktur tanah
No
Tipe struktur tanah
Kode penilaian
1
Granular sangat halus (very fine granular)
1
2
Granular halus (fine granular)
2
3
Granular sedang dan besar (medium, coarse granular)
3
4
Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif)
4
Sumber: Wischmeier et al., 1971



Tabel 2. Penilaian kelas permeabilitas tanah
No.
Kelas permeabilitas tanah
Kode penilaian
1
Cepat (rapid)
1
2
Sedang sampai cepat (moderate to rapid)
2
3
Sedang (moderate)
3
4
Sedang sampai lambat (moderate to slow)
4
5
Lambat (slow)
5
6
Sangat lambat (very slow)
6
Sumber: Wichmeser et al. (1971)

4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang  dari suatu petak dengan panjang dan curam lereng tertentu dengan  petak baku (tanah gundul,curamlereng 9%, panjang 22 meter, dan  tanpa usaha pencegahan erosi) yang mempunyai nilai LS = 1. Menurut Weismeier dan Smith (1978) dalam Hardjoamijojo  dan Sukartaatmadja (1992), faktor lereng dapat ditentukan dengan persamaan :

LS = │m (0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)
keterangan :
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5


Menurut Morgan (1979) faktor panjang dan kemiringan lereng dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
dengan LS adalah faktor panjang dan kemiringan lahan; S adalah  kemiringan lahan (%) L adalah panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuk lahan dengan kemiringan <22%, sedangkan untuk lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan rumus Gregory et al. (1977) sebagai berikut:
dengan:
T = faktor topografi/ LS
λ = panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih; 0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9%; 0,3 untuk lereng < 3,4% C = 34,7046
α = sudut kemiringan lahan, dalam derajat.
Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut kemiringan lerengnya seperti ditunjukan pada  Tabel 3 berikut .

Tabel 3. Penilaian kelas kelerengan (LS)
Kelas lereng
Kemiringan lereng (%)
Nilai LS
A
0 - 5
0.25
B
5 – 15
1.20
C
15 – 35
4.25
D
35 – 50
9.50
E
> 50
12.00
Sumber : Petuntuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta (1986)

5. Faktor Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang  tererosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang  tererosi dengan pada kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa  pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman. Pada tanah yang  gundul (diberakan tanpa tanaman/petak baku) nilai C = 1.0. Untuk  mendapatkan nilai C tahunan perlu diperhatikan perubahan-perubahan  penggunaan tanah dalam setiap tahun. Terdapat sembilan parameter sebagai faktor penentu besarnya  nilai C, yaitu konsolidasi tanah, sisa-sisa tanaman, tajuk vegetasi,  sistem perakaran, efek sisa perakaran dari kegiatan pengelolaan lahan,  faktor kontur, kekasaran permukaan tanah, gulma, dan rumputrumputan (Asdak, 1985).
Tabel 4. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggugaan Lahan
NO
Pengelolaan tanaman
Nilai C
1
Ubi kayu + kedelai
0,181
2
Ubi kayu + kacang tanah
0.195
3
Padi + sorgum
0,345
4
Padi + kedelai
0,417
5
Kacang tanah+ gude
0,495
6
Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ ha
0,049
7
Kacang tanah +kacang tunggak
0,571
8
Padi + mulsa jerami 4 ton/ha
0,096
9
Kacang tanah + mulsa jagung 3  ton/ha
0,120
10
Kacang tanah+mulsa crotalaria 3 ton/ha
0.136
11
Kacang tanah+mulsa kacang tanah
0,259
12
Kacang tanah + mulsa jerami
0,377
13
Padi + mulsa crotalaria 3 ton / ha
0.387
14
Pola tanam numpang gilir 1 ] +  mulsa jerami 6 ton /ha
0,079
15
Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa tanam
0,347
16
Pola berurutan
0,498
17
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa tanaman
0.357
18
Pola tanam tumpang gilir
0,588
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)

6. Faktor Usaha-usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)
Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang  bila usaha konservasi tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya)  dengan tanpa adanya usaha konservasi tanah. Tanpa konservasi tanah  nilai P = 1 (petak baku). Bila diteraskan, nilai P dianggap sama dengan  nilai P untuk strip cropping, sedangkan nilai LS didapat dengan  menganggap panjang lereng sebagai jarak horizontal dari masingmasing  teras. Konservasi tanah tidak hanya tindakan konservasi secara  mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang bertujuan  untuk mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih  mudah apabila digabungkan dengan faktor C, karena dalam  kenyataannya kedua faktor tersebut berkaitan erat.. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP  perlu dilakukan dengan hati-hati karena adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik konservasi yang dijumpai di lapangan.

Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No.
Teknik Konserfasi Tanah
Nilai
p
1
Teras bangku
a.       Sempurna
b.      Sedang
c.       Jeleh

0.04
0.15
0.35
2
Teras tradisional
0.40
3
Padang rumput (permant grass field)
a. bagus
b. jelek

0,04
0,40
4
Hill side ditch atau field pits
0,3
5
Countur croping
a.       kemiringan 0-8%
b.      kemiringan 9-20%
c.       kemiringan 20%

0,5
0,75
0,9
6
Limbah jerami yang digunakan
a.       6 ton/ha/tahun
b.      3 ton/ha/tahun
c.       1 ton/ha/tahun

0,3
0,5
0,8
7
Tanaman perkebunan
a.       Penutupan tanah rapat
b.      Penutupan tanah sedang

0,1
0,5
8
Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal
0,3
9
Strip cropping jagung- kacang tanah,sisa tanaman dijadikan mulsa
0.5
10
Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa
0,087
11
Jagung- mulsa jerami padi
0,008
12
Padi gogo-kedelai. Mulsa jerami padi
0,193
13
Kacang tanah-kacang hijau
0,730
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)

2.2.2        Metode GUEST
Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan proses erosi yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasan partikel tanah oleh butir-butir hujan dan aliran permukaan sebagai agen utama penyebab erosi tanah. Dalam model ini, erosi terjadi karena adanya tiga proses yang berperan, yaitu pelepasan (detachment) oleh butir-butir hujan, pengangkutan (transportation) sedimen,  dan  pengendapan (deposition)  sedimen  (Rose  et.al.,  1983).
 Persamaan model tersebut setelah disederhanakan adalah sebagai berikut:
SL = 2700 λ S (Cr ) (Q)
Keterangan :
SL: total  tanah  yang   hilang  (kg.m-3); 
 λ : efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);
C :persentase penutupan lahan;
Q : volume aliran permukaan (m3).

Gambar 2.    Hubungan antara fluks sedimen, pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan sedimen, dalam proses erosi tanah (Rose dan Freebairn, 1985)

Persamaan (1) diturunkan berdasarkan konsep konservasi masa sedimen dalam beberapa bagian elemen dari aliran permukaan yang dikombinasikan dengan teori konsentrasi sedimen dan hidrologi. Secara matematis persamaan tersebut ditulis dalam bentuk,
dimana qsi  = q ci, yaitu fluk (flux) sedimen pada arah aliran (x), q adalah fluk sedimen (debit spesifik), ci= konsentrasi sedimen, h = tebal aliran permukaan, ei = pelepasan (detachment) oleh butir-butir hujan, ri = pengangkutan (entrainment) sedimen, dan di = pengendapan (deposition) sedimen.
Sejalan dengan perkembangan ilmu komputer, model GUEST disempurnakan menjadi event-based proses model untuk erosi lembar (sheet erosion). Namun demikian model tersebut dapat juga diaplikasikan untuk erosi alur  (rill  erosion).  Model  ini  dapat  pula  dianggap  sebagai  semi-static  model, karena erosi dapat diprediksi per kejadian hujan (event by event) (Schmitz dan Tameling, 2000).
GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misra dan Rose pada tahun 1990 dan telah mengalami beberapa pengembangan selama Proyek ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research) (Rose et al., 1997a). Untuk daerah tropis (Philippina, Malaysia, Thailand dan Australia), GUEST telah divalidasi pada skala plot (72-1.000m2) dan menunjukkan hasil yang baik (Rose et al., 1997a; Schmitz dan Tameling, 2000; ICRAF, 2000).
GUEST merupakan model persamaan fisik (physical equation) yang perhitungannya didasarkan pada konsentrasi sedimen yang tersuspensi di dalam aliran permukaan, dikembangkan oleh Rose dan Hairsine (1988). Besar konsentrasi sedimen pada keadaan bera menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Ct adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan; F adalah fraksi tenaga aliran yang digunakan untuk mengerosikan tanah; σ            adalah berat jenis sedimen; ρ adalah berat jenis air; φ adalah rata-rata kecepatan pengendapan sedimen; S adalah kemiringan lahan; dan V adalah kecepatan aliran permukaan.
Kecepatan  aliran  permukaan  pada  persamaan  3  menggunakan rumus Manning’s yang disajikan dalam persamaan 4, yaitu:
Keterangan:
n adalah koefisien kekasaran Manning’s; R  adalah jari-jari hidraulik; dan S       adalah kemiringan lahan.
Jika debit aliran permukaan mengikuti persamaan 5, kemudian disubsitusikan kedalam persamaan 3, maka persamaan kecepatan aliran permukaan dapat dijabarkan menjadi persamaan 6.

Q = VA
Keterangan :
Q adalah debit aliran permukaan per unit dan A adalah luas penampang permukaan.
Bila persamaan 6 disubsitusikan dalam persamaan 3, maka persamaan konsentrasi sedimen dapat dijabarkan mengikuti persamaan 7, yaitu:
Selanjutnya persamaan 7 disederhanakan menjadi persamaan 8, yaitu
Rose et al. (1997a) dan Yu et al. (1997) mengungkapkan perlu dilakukan upaya untuk memperoleh aliran permukaan yang stabil dengan mencari debit aliran  permukaan  effektif   (Q eff ) dengan  perubahan  persamaan  menjadi persamaan 9.
Dengan nilai Qeff seperti persamaan 10 di bawah ini.
Untuk mendapatkan kondisi aktual di lapangan, maka faktor erodibilitas tanah dan faktor penutupan lahan atau vegetasi harus ditambahkan. Erodibilitas tanah didefinisikan sebagai ketahanan tanah terhadap gerakan aliran air permukaan. Istilah ini disebut juga sebagai kohesi tanah atau ketahanan agregat tanah. Kohesi tanah mempunyai hubungan yang negatif dengan jarak antar partikel, tetapi mempunyai hubungan yang positif dengan luas permukaan spesifik partikel tanah.
Hubungan  erodibilitas  tanah  dengan  konsentrasi sedimen  pada  aliran permukaan disajikan dalam persamaan 11.
Keterangan:
β   adalah  parameter erodibilitas; C adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan.
Faktor penutupan lahan sangat signifikan mengurangi kerusakan tanah yang diakibatkan pukulan butiran air hujan, dan dapat menurunkan laju aliran permukaan. Penutupan lahan mempunyai hubungan eksponensial dengan permukaan kontak dan erosi yang dihasilkan serta mempunyai nilai yang bervariasi tergantung pada tipe penggunaan lahannya (Rose et al. 1997b).
Selain itu permukaan kontak mempunyai hubungan eksponensial dengan konstanta permukaan kontak yaitu k s . Nilai ini diperoleh dari hubungan tanah yang tererosi dengan tanaman penutup dan tanpa tanaman (bera) dengan permukaan kontak seperti tersaji dalam persamaan 12.
Keterangan:
c     =      erosi tanah pada tanaman tertentu;
cb       =      erosi tanah pada kondisi bera;
Cs       =      fraksi dari permukaan kontak penutupan; dan
k s       =      konstanta permukaan kontak.
Akhirnya,  dengan  menambahkan  persamaan  11,  12,  dan  total  aliran permukaan (Q) pada persamaan 9, maka jumlah keseluruhan masa tanah yang
hilang pada setiap kejadian erosi (M) disajikan pada persamaan 13.
Prosedur perhitungan erosi dengan metode Rose pada prinsipnya adalah mengakomodasikan besaran aliran permukaan dan konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan pada setiap kejadian hujan.

Tabel 6. Perbedaan Metode USLE dan Metode GUEST

Karakteristik
USLE
GUEST
Temporality
Statis    (simulasi    erosi    pada    rata-rata tahunan)
Semi-statis (simulasi erosi dapat dilakukan per kejadian)
Persamaan
Empiris,  berdasarkan  data  statistik  dari penelitian pengukuran erosi
Physically based (meskipun beberapa hubungan empirik digunakan)
Proses
Implisit (tidak dapat mengisolasi atau memisahkan pengaruh dari given viable)
Explicit (memungkinkan untuk mengisolasi atau memisahkan pengaruh dari suatu given viable)
Kompleksitas
Simple (sederhana)
Lebih komplesk
Kebutuhan
Input perameter sedikit
Parameter  tidak terlalu banyak
Skala
Plot size (ukuran plot)
Plot dan small catchments bila di opresikan dengan program geostatistik yang dinamik
Aplikasi
Croplamd (lahan pertanaman), range land (lahan penggembalaan),dan hutan
Croplamd (lahan pertanaman), range land (lahan penggembalaan),dan hutan
Keterbatasan
Ketidakakuratan untuk area-area tanpa kalibrasi lapangan tidak digunakan pada keadaan gully (ephemeral gully), masalah untuk multiple land uses pada suatu kemiringan lahan, kadang-kadang overestimasi, tidak bias digunakan untuk prediksi sedimentasi deposition, tidak untuk menghitung distribudi spasial sedimen pada lerenng bukit (hill slope)
Hubungan empiris dimasukkan untuk menyederhanakan persamaan
Keuntungan
Sederhana, diterima dan digunakan secara luas
Divalidasi untuk Negara-negara di daerah tropis, menggunakan run off untuk menghitung erosi
Fasilitas computer
Ya atau tidak
Ya
Out put
Rata-rata  erosi  jangka  panjang  per  unit area
Konsentrasi sedimen per kejadian hujan
Sumber: disarikan dari ICRAF, 2001


2.3 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Perkiraan erosi dan kedalaman tanah dipertimbangkan untuk  memprediksi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) untuk setiap satuan lahan.  Kelas Tingkat Bahaya Erosi diberikan pada tiap satuan lahan dengan  matriks yang mengguanakan informasi solum tanah dan perkiraan erosi  menurut Rumus USLE.
Tabel 7. Kelas tingkat bahaya erosi

Solum tanah (cm)
Kelas erosi
I
II
III
IV
V
Erosi (ton/ha/thn)
<15
15-60
60-180
180-480
>480
Dalam
>90
SR
0
R
I
S
II
B
III
SB
IV
Sedang
60-90
R
I
S
II
B
III
SB
IV
SB
IV
Dangkal
30-60
S
II
B
III
SB
IV
SB
IV
SB
IV
Sangat dangkal
<30
B
III
SB
IV
SB
IV
SB
IV
SB
IV
Sumber : Departemen Kehutanan. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi (1998)
Keterangan :
0 – SR = Sangat Ringan; I – R = Ringan; II – S = Sedang; III – B = Berat; IV – SB = Sangat Berat
III.             PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Prediksi terjadinya suatu erosi dapat dihitung menggunakan metode USLE berdasarkan dari erosivitas hujan, erodibitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, pengolahan tanah dan jenis tanaman serta dengan perhitungan metode GUEST.

3.2  Saran
Suatu perhitungan prediksi erosi perlu ketelitian dan pemilihan metode yang tepat dalam menganalisa besarnya laju erosi pada suatu lahan berdasarkan bentuk lahan tersebut dan faktor-faktor pendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ke tiga. Dargama, Bogor.
Asdak,  C.  1995.  Hidrologi  dan  Pengelolaan  Daerah  Aliran  Sungai.  Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Haerdjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
ICRAF (International Center for Research AgroForestry). 2001. Modelling Erosion at  Differrent  Scales,  Case  Study  in  The  Sumber  Jaya  Watershed, Lampung, Indonesia. Internal Report (Unpublished). Bogor. 84p.
Purwowidodo. 1999. Pokok-pokok Bahasan Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Laboratorium Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Vadari, et. al. 2011. Model Prediksi Erosi.(http//:www.berlereng.blog.com). Diakses pada tanggal 10 Nopember 2013 pukul 20.00 WIB.