Jumat, 26 April 2013

Mengenal Bentuk Nematoda



I. PENDAHULUAN
Deskripsi Nematoda
Nematoda berasal dari kata nema: benang dan oidos : bentuk. Pada classis nematoda, kutikulanya polos atau bercicin-cincin, kebanyakan mempunyai bulu-bulu kaku, tidak bersilia. Kutikula adalah modifikasi epidermis ke arah superficial. Di bawah epidermis terdapat lapisan otot yang hanya terdiri atas serabut-serabut longitudinal saja.
Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana. Tubuh panjang slindris tertutup kutikula, saluran pencernaan lurus dan lengkap, tubuh berupa tebung yang disebut dengan pseudocoelomate. Nematoda dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk reproduksi.
Nematoda merupakan binatang yang mempunyai tiga lapisan tubuh (tripoblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula, lapisan ini terbentuk dan berkembang di dalam telur. Memiliki dinding tubuh yang terdiri dari kutikula luar, lapisan antara, hypodermis, dan bagian dalam otot membujur. Kutikula merupakan bagian dinding tubuh bagian luar.
           Berdasarkan cara menyerang pada tanaman, nematode parasite dibedakan menjadi 3 jenis. Pertama nematode endoparasit, dimana nematode jenis ini menyerang tanamannya, melukainya dengan stilet, dari luka yang dibuat, nematode masuk dan menetap didalam tubuh tubuhnya. Yang kedua yaitu nematode ektoparasit, nematode ini menyerang dari luar tubuh tumbuhan saja. Dan yang ketiga nematode endoektoparasit, tubuh bagian dapan nematode ini masuk kedalam jaringan tanaman,
CIRI MORFOLOGIS
Cacing dewasa memiliki ukuran berbeda-beda, mulai dari 2 cm sampai lebih dari 1 meter. Bentuk bulat panjang seperti benang, tidak bersegmen, kulit seperti kutikula. Tubuh simetris bilateral, tidak bersegmen-segmen, tidak mempunyai extremitas (anggota gerak). Dinding badan terdiri atas 3 lapis dermoblast. Tidak memiliki ruas. Mempunyai rongga tubuh semu. Mulutnya terdapat di bagian anterior, dilengkapi dengan bibir, sedangkan anus menjulur sedikit di belakang. Merupakan binatang yang mempunyai tiga lapisan (triploblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula (lapisan ini terbentuk dan berkembang di dalam telur). Cacing jantan lebih kecil dari cacing betina, biasanya ujung posterior  melengkung ke depan. Pada beberapa spesies memiliki spekulum serta ursa kopulasi. Tubuhnya transparan dan tidak berwarna. Mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan yang disebut pseudoselom, saluran pencernaan makanan, sistem saraf, sistem ekskresi serta sistem reproduksi terpisah akan tetapi tidak memiliki sistem sirkulasi darah. Tidak menmiliki sistem sirkulasi darah. Rongga badan menyusut ke pseudeselom sempit. Memiliki pseudeselom yang luas dan berisi cairan yang berfungsi sebagai rangka hidrostatik dan menunjang gerak cacing. Lapisan epidermis menghasilkan lapisan kutikula yang melindungi tubuhnya dari kekeringan, serta membantu dalam bergerak. Memiliki alat indera yang disebut papilla. Nematoda parasit tanaman biasanya mempunyai stilet. Reproduksi umumnya dengan cara bertelur, akan tetapi ada pula yang vivipar atau secara partenogenesis. Dalam siklus hidupnya terjadi tiga stadium yaitu telur, larva, dan dewasa. Seekor cacing betina bertelur antara 20-200.000 butir perhari.
CIRI ANATOMIS
Bentuk tubuh nematoda panjang, langsing, silindris, dan dalam  penampang melintangnya berbentuk circuler. Ada 2 type umum bentuk badan yaitu fusiform, ialah berbentuk bulat panjang, bagian tengahnya merupakan bagian yang terlebar dan runcing ke arah ujung­-ujungnya, ujung posterior umumnya lebih pipih dan  lebih runcing daripada ujung anterior, dan pada Rhabditis filoformis tubuh sangat langsing. Type yang kedua adalah filiform, berbentuk seperti benang, dan diameter penampang melintang pada seluruh bagian tubuh adalah sama tidak memipih ke arah ujungnya. Nematoda type filiform lebih sedikit dari type fusiform dan terutama meliputi anggota-anggota Mermythidae fillarioidea, dan genus Capillaria. Variasi-variasi bentuk lain ialah pendek, gemuk, pyriform atau oval. Contohnya cacing-cacing betina yang bersifat parasit dari genus Heterodera, dan ada juga type Trichurin ialah suatu bentuk yang bagian anterirnya filiform, sedang bagian posteriornya fusiform.
Siklus hidup dan stadia serangan nematode umumnya perkembangan nematode parasite tanaman terdiri dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa. Semua spesies nematode puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18-21 hari atau 3-4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin.
Menurut Sherfdan Macnab (1986), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat mengahasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur.
Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemu dian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeks dan menyebabkan permbesaran sel-sel (Lambertin dan Taylor, 1979). Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yang berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium keempat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya (Dropkin, 1991).
Pengendalian nematode parasite dapat dilakukan dengan perlakuan kimia menggunakan nematisida. Akan tetapi pengendalian yang peling efektif dan aman bagi lingkungan adalah dengan merendam benih dalam air panas. Sebelumnya benih direndam dahulu dalam air dingin selama 18-24 jam, kemudian direndam dalam air panas pada suhu 51-53 Co selama 15 menit. Kemudian benih haru dikeringkan pada suhu 30-35 Co atau dijemur di terik matahari apabila untuk disimpan / tidak untuk ditebar langsung. Nematode parasite Aphelenchoidesbesseyi tidak hanya terdapat pada padi tapi juga dapat memerasit tanaman lain seperti tanaman rumput-tumputan, ubi-ubian sperti talas dan beberapa tanam hias antara lain bunga kristan, bunga sedap malam (Polianthestuberosa) dan juga tanaman buah seperti stroberi. (Dropkin, 1991).

1.2. Tujuan
Agar mahasiswa mengenal dan mengetahui gejala serangan nematode dan mampu mengekstrasi nematode dari contoh tanah dan akar untuk kemudian mengidentifikasinya.

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Bentuk Nematoda) ini dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 20 April 2013, jam 13.00 WIB.

2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum dasar perlindungan tanaman dengan materi “ Melihat bentuk Nematoda “ ialah glas aqua, kain kasa, lem kastol, kapas, gunting, mikrosof, dan lup sedangkan bahan yang digunakan ialah tanaman yang terserang nematoda yaitu tanaman terong ( Solarum melongena ), dan air aqua.

2.3. Cara kerja
2.4.1.      Ektraksi nematoda dari contoh tanah,
a.       membersihkan tanah yang akan di ektraksi dari kotoran potongan akar atau kerikil.
b.      mengambil contoh tanah sebanyak ± 15 gram dan meletakan didalam cawan B yang telah diberi alas kertas saring dan lapisan kapas.
c.        menuangkan air distillate sehingga membasahi tanah dalam cawan B.
d.      menyimpan ektraktor cawan tadi pada tempat yang gelap selama 1 × 24 jam.
e.       mengangkat cawan B dengan hati-hati dan mengamati suspense nematoda dalam cawan A dengan menggunakan mikroskop.
2.4.2.      Ektraksi nematoda dari contoh tanaman,
a.       mengambil seluruh akar tanaman contoh yang akan diektraksi nematodanya.
b.      membersihkan, setelah itu akar tersebut diletakan diatas kertas merang atau kertas tissue dan selanjutnya ditimbang ± 10 gram.
c.       memotong bagian tadi dengan panjang ± 1 cm.
d.      memasukan akar kedalam cawan ektraksi yang telah berisi air distillta sampai terendam.
e.       sesudah 1 × 24 jam, mengamati suspense nematoda dalam A dengan mikroskop.
f.       mengamati dan menggambar bentuk nematoda yang anda lihat pada mikroskop.
g.      menghitunglah populasinya per ml suspense yang diamati dengan ulangan sebanyak 5 kali.
h.      mendiskusikan dalam kelompok anda, adakah gejala-gejala lain yang tampak pada tanaman yang terserang. Ditulis dalam laporan.


Akar Tanaman
Ciri-ciri Tanaman Yang Diserang
Gambar Mikroskopis Nematoda
Jantan
Betina
Tomat
(Salamun lycopersicum)
-     Akarnya Bengkak terdapat bintil-bintil kecil
-     Daun menguning dan layu
-     Pucuk daun mati
-     Bintil akar lunak, bila dipencet berair
-     Daun mongering dan rontok



i.         

72509_522631684460626_87867840_n.jpg
552766_522631657793962_1805609021_n.jpg
Gambar 1 ; Nematoda Meloidogyne spp Betina
(Dok : Pribadi)
Gambar 2 ; Nematoda Meloidogyne spp Jantan
(Dok :Pribadi)

http://www.karantina.deptan.go.id/optk/images/deskripsi/Heterodera%20vigni%20=%20H.%20cajani.jpg
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTPIGb-aZxnqR0azRdPelKZzRp1vh_DKE_hEctEveXjYoYPkySBuw
Gambar 3 : Nematoda Meloidogyne spp Betina
Gambar 4 ; Nematoda Meloidogyne spp Jantan



Adapun Klasifikasi Nematoda Meloidogyne spp adalah sebagai berikut :
Filum               : Nemathelminthes
Kelas               : Nematoda
Sub Kelas        : Secernenteae
Ordo                : Thylenchina
Famili              : Heteroderidae
Genus              : Meloidogyne
Spesies            : Meloidogyne spp.

            Betina dewasa berukuran panjang 430 -740 μm. Stilet untuk menembus perakaran mempunyai panjang 11,5-14,5 μm. Nematoda betina memiliki stilet lemah melengkung ke arah dorsal dengan knob dan pangkal knob yang tampak
jelas. Terdapat pola jelas pada striae yang terdapat di sekitar vulva dan anus disebut pola perineal (perineal pattern). Morfologi umum dari pola perineal Meloidogyne spp. dibagi menjadi dua, yaitu bagian dorsal dan ventral. Bagian dorsal terdiri dari lengkungan striae dorsal, punctuations (tonjolan berduri), phasmid, ujung ekor, dan garis lateral, sedangkan bagian ventral terdiri dari striae ventral, vulva, dan anus. Setiap spesies memiliki beberapa variasi pola perineal yang merupakan ciri khusus dari spesies untuk identifikasi.
Jantan dewasa panjang tubuhnya berukuran 887-1268 μm. Panjang stilet lebih panjang jika dibandingkan dengan stilet betina, yaitu 16-19 μm dan mempunyai kepala yang tidak berlekuk. Bergerak lambat di dalam tanah dengan ekor pendek dan membulat pada bagian posterior terpilin.
            Nematoda puru akar bersifat obligat tersebar luas baik di daerah iklim tropik maupun iklim sedang. Pembiakan tanpa jantan dalam reproduksi terjadi pada banyak jenis, tetapi pada jenis yang lain reproduksi seksual masih terjadi dalam perkembangbiakannya. Telur-telur yang dihasilkan nematoda betina dewasa diletakkan berkelompok pada massa gelatinus yang betujuan untuk melindungi telur dari kekeringan dan jasad renik.
            Massa telur yang baru terbentuk biasanya tidak berwarna dan berubah menjadi coklat setelah tua. Nematoda betina dapat menghasilkan hingga 500 telur dalam massa gelatinus. Telur-telur mengandung zigot sel tunggal apabila baru diletakkan. Embrio berkembang menjadi juvenil 1 (J1) yang mengalami pergantian kulit pertama di dalam telur. Telur menetas dan J1 mengalami perubahan menjadi J2 yang muncul pada suhu dan kelembaban yang sesuai dan bergerak di dalam tanah menuju ke ujung akar yang sedang tumbuh. J2 masuk ke dalam akar dan merusak sel-sel akar dengan stiletnya. Setelah masuk ke dalam akar, J2 bergerak diantara sel-sel sampai tiba di tempat dekat silinder pusat atau berada di daerah pertumbuhan akar samping. J2 akan hidup menetap pada sel-sel tersebut, mengalami pertumbuhan dan pergantian kulit menjadi J3 dan J4 yang selanjutnya akan menjadi nematoda jantan atau betina dewasa (Dropkin 1991).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang seperti cacing dan hidup di dalam tanah atau pada jaringan akar. Sedangkan betina dewasa tetap tertambat pada daerah makanannya atau sel awal di dalam stele dengan bagian posterior tubuhnya berada pada permukaan akar. Selama hidupnya, nematoda betina akan terus-menerus menghasilkan telur hingga mencapai 1000 telur. Keberadaan nematoda   akan   merangsang  sel-sel   untuk   membelah, sehingga   terbentuklah
puru (Luc et al. 1995).
Pengendalian secara menyeluruh terhadap semua pathogen merupakan salah satu langkah yang perlu diterapkan untuk mencapai keberhasilan dalam penyelamatan hasil tanaman tomat. Pengendalian dengan menggunakan agensia pengendali hayati patogen yang berupa bakteri antagonis merupakan alternatif pengendalian yang potensial. Beberapa kelebihan agensia hayati adalah bersifat selektif, sudah tersedia di alam, relative murah, tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran. Selain itu agensia hayati bersifat hidup dan dapat berkembang biak sehingga kemempanannya di lapangan dapat bertahan lama dan berkelanjutan.
            Pengendalian nematoda parasit tanaman dapat dilakukan dengan cara kimia, cara bercocok tanam,pergiliran tanaman, sanitasi dan pengendalian hayati. Pengedalian secara hayati adalah salah satu alternatif sebagai pengganti cara kimia dan cara ini sudah lama dicoba. Keistimewaan pengendalian hayati adalah terutama mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida (Mulyadi,1989).
Musuh alami nematoda puru akar sudah banyak diketahui, misalnya di dataran tinggi telah ditemukan cendawan Paecilomycetes bilacinus yang menginfeksi telur nematoda puru akar pada tanaman hortikultura. Bacillus penetrans adalah suatu parasit yang dikenal bertahun-tahun berassosiasi dengan Meloidogyne spp. serta beberapa spesies jamur yang menyerang nematoda tanah di Inggris. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlakuan dengan cendawan terhadap Meloidogyne spp. dapat menekan jumlah populasi dan intensitas serangan yang memperlihatkan hasil yang baik. Cendawan parasit telur Meloidogyne spp. terutama dari spesies Gliocladium sp. dan Paecilomyces sp. mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai agen pengendali secara hayati untuk mengendalikan Meloidogyne spp.