I.
PENDAHULUAN
Deskripsi Nematoda
Deskripsi Nematoda
Nematoda berasal dari
kata nema: benang dan oidos : bentuk. Pada classis nematoda,
kutikulanya polos atau bercicin-cincin, kebanyakan mempunyai bulu-bulu kaku,
tidak bersilia. Kutikula adalah modifikasi epidermis ke arah superficial. Di
bawah epidermis terdapat lapisan otot yang hanya terdiri atas serabut-serabut
longitudinal saja.
Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur
sederhana. Tubuh panjang slindris tertutup kutikula, saluran pencernaan lurus
dan lengkap, tubuh berupa tebung yang disebut dengan pseudocoelomate. Nematoda
dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk
reproduksi.
Nematoda merupakan binatang yang mempunyai tiga lapisan
tubuh (tripoblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula, lapisan ini
terbentuk dan berkembang di dalam telur. Memiliki dinding tubuh yang terdiri
dari kutikula luar, lapisan antara, hypodermis, dan bagian dalam otot membujur.
Kutikula merupakan bagian dinding tubuh bagian luar.
Berdasarkan cara menyerang
pada tanaman, nematode parasite dibedakan menjadi 3 jenis. Pertama nematode
endoparasit, dimana nematode jenis ini menyerang tanamannya, melukainya dengan stilet,
dari luka yang dibuat, nematode masuk dan menetap didalam tubuh tubuhnya. Yang
kedua yaitu nematode ektoparasit, nematode ini menyerang dari luar tubuh tumbuhan
saja. Dan yang ketiga nematode endoektoparasit, tubuh bagian dapan nematode ini
masuk kedalam jaringan tanaman,
CIRI MORFOLOGIS
Cacing dewasa memiliki ukuran berbeda-beda, mulai dari 2 cm
sampai lebih dari 1 meter. Bentuk bulat panjang seperti benang, tidak
bersegmen, kulit seperti kutikula. Tubuh simetris bilateral, tidak
bersegmen-segmen, tidak mempunyai extremitas (anggota gerak). Dinding badan
terdiri atas 3 lapis dermoblast. Tidak memiliki ruas. Mempunyai rongga tubuh
semu. Mulutnya terdapat di bagian anterior, dilengkapi dengan bibir, sedangkan
anus menjulur sedikit di belakang. Merupakan binatang yang mempunyai tiga
lapisan (triploblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula (lapisan ini
terbentuk dan berkembang di dalam telur). Cacing jantan lebih kecil dari cacing
betina, biasanya ujung posterior melengkung ke depan. Pada beberapa
spesies memiliki spekulum serta ursa kopulasi. Tubuhnya transparan dan tidak
berwarna. Mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan yang disebut
pseudoselom, saluran pencernaan makanan, sistem saraf, sistem ekskresi serta
sistem reproduksi terpisah akan tetapi tidak memiliki sistem sirkulasi darah. Tidak
menmiliki sistem sirkulasi darah. Rongga badan menyusut ke pseudeselom sempit. Memiliki
pseudeselom yang luas dan berisi cairan yang berfungsi sebagai rangka
hidrostatik dan menunjang gerak cacing. Lapisan epidermis menghasilkan lapisan
kutikula yang melindungi tubuhnya dari kekeringan, serta membantu dalam
bergerak. Memiliki alat indera yang disebut papilla. Nematoda parasit tanaman
biasanya mempunyai stilet. Reproduksi umumnya dengan cara bertelur, akan tetapi
ada pula yang vivipar atau secara partenogenesis. Dalam siklus hidupnya terjadi
tiga stadium yaitu telur, larva, dan dewasa. Seekor cacing betina bertelur
antara 20-200.000 butir perhari.
CIRI
ANATOMIS
Bentuk tubuh nematoda panjang, langsing, silindris, dan
dalam penampang melintangnya berbentuk circuler. Ada 2 type umum bentuk
badan yaitu fusiform, ialah berbentuk bulat panjang, bagian tengahnya
merupakan bagian yang terlebar dan runcing ke arah ujung-ujungnya, ujung
posterior umumnya lebih pipih dan lebih runcing daripada ujung anterior,
dan pada Rhabditis filoformis tubuh sangat langsing. Type yang kedua
adalah filiform, berbentuk seperti benang, dan diameter penampang melintang
pada seluruh bagian tubuh adalah sama tidak memipih ke arah ujungnya. Nematoda
type filiform lebih sedikit dari type fusiform dan terutama meliputi
anggota-anggota Mermythidae fillarioidea, dan genus Capillaria.
Variasi-variasi bentuk lain ialah pendek, gemuk, pyriform atau oval. Contohnya
cacing-cacing betina yang bersifat parasit dari genus Heterodera, dan
ada juga type Trichurin ialah suatu bentuk yang bagian anterirnya
filiform, sedang bagian posteriornya fusiform.
Siklus hidup dan stadia
serangan nematode umumnya perkembangan nematode parasite tanaman terdiri dari tiga
fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa. Semua spesies nematode
puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup nematoda puru akar
sekitar 18-21 hari atau 3-4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin.
Menurut Sherfdan Macnab
(1986), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi
lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat mengahasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang
dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur.
Larva tingkat II
menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan,
terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemu dian menembus korteks
akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeks dan menyebabkan permbesaran sel-sel
(Lambertin dan Taylor, 1979). Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan
sel-sel yang menjadi makannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit
dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina
dewasa yang berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium keempat muncul dari jaringan
akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya (Dropkin,
1991).
Pengendalian nematode
parasite dapat dilakukan dengan perlakuan kimia menggunakan nematisida. Akan
tetapi pengendalian yang peling efektif dan aman bagi lingkungan adalah dengan merendam
benih dalam air panas. Sebelumnya benih direndam dahulu dalam air dingin selama
18-24 jam, kemudian direndam dalam air panas pada suhu 51-53 Co selama 15
menit. Kemudian benih haru dikeringkan pada suhu 30-35 Co atau dijemur di terik
matahari apabila untuk disimpan / tidak untuk ditebar langsung. Nematode
parasite Aphelenchoidesbesseyi tidak hanya terdapat pada padi tapi juga dapat memerasit
tanaman lain seperti tanaman rumput-tumputan, ubi-ubian sperti talas dan beberapa
tanam hias antara lain bunga kristan, bunga sedap malam (Polianthestuberosa)
dan juga tanaman buah seperti stroberi. (Dropkin, 1991).
1.2. Tujuan
Agar
mahasiswa mengenal dan mengetahui gejala serangan nematode dan mampu mengekstrasi
nematode dari contoh tanah dan akar untuk kemudian mengidentifikasinya.
II. BAHAN DAN METODE
2.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Bentuk Nematoda) ini
dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 20 April 2013, jam 13.00
WIB.
2.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum dasar
perlindungan tanaman dengan materi “ Melihat bentuk Nematoda “ ialah glas aqua,
kain kasa, lem kastol, kapas, gunting, mikrosof, dan lup sedangkan bahan yang
digunakan ialah tanaman yang terserang nematoda yaitu tanaman terong ( Solarum
melongena ), dan air aqua.
2.3.
Cara kerja
2.4.1.
Ektraksi
nematoda dari contoh tanah,
a.
membersihkan
tanah yang akan di ektraksi dari kotoran potongan akar atau kerikil.
b.
mengambil
contoh tanah sebanyak ± 15 gram dan meletakan didalam cawan B yang telah diberi
alas kertas saring dan lapisan kapas.
c.
menuangkan air distillate sehingga membasahi
tanah dalam cawan B.
d.
menyimpan
ektraktor cawan tadi pada tempat yang gelap selama 1 × 24 jam.
e.
mengangkat
cawan B dengan hati-hati dan mengamati suspense nematoda dalam cawan A dengan
menggunakan mikroskop.
2.4.2.
Ektraksi
nematoda dari contoh tanaman,
a.
mengambil
seluruh akar tanaman contoh yang akan diektraksi nematodanya.
b.
membersihkan,
setelah itu akar tersebut diletakan diatas kertas merang atau kertas tissue dan
selanjutnya ditimbang ± 10 gram.
c.
memotong
bagian tadi dengan panjang ± 1 cm.
d.
memasukan
akar kedalam cawan ektraksi yang telah berisi air distillta sampai terendam.
e.
sesudah 1
× 24 jam, mengamati suspense nematoda dalam A dengan mikroskop.
f.
mengamati
dan menggambar bentuk nematoda yang anda lihat pada mikroskop.
g.
menghitunglah
populasinya per ml suspense yang diamati dengan ulangan sebanyak 5 kali.
h.
mendiskusikan
dalam kelompok anda, adakah gejala-gejala lain yang tampak pada tanaman yang
terserang. Ditulis dalam laporan.
Akar Tanaman
|
Ciri-ciri Tanaman Yang Diserang
|
Gambar Mikroskopis Nematoda
|
|
Jantan
|
Betina
|
||
Tomat
(Salamun lycopersicum)
|
- Akarnya Bengkak terdapat
bintil-bintil kecil
- Daun menguning dan layu
- Pucuk daun mati
- Bintil akar lunak, bila dipencet
berair
- Daun mongering dan rontok
|
|
|
i.
|
|
Gambar 1 ; Nematoda Meloidogyne
spp Betina
(Dok : Pribadi)
|
Gambar 2 ; Nematoda Meloidogyne
spp Jantan
(Dok :Pribadi)
|
|
|
Gambar 3 : Nematoda Meloidogyne
spp Betina
|
Gambar 4 ; Nematoda Meloidogyne
spp Jantan
|
Adapun Klasifikasi Nematoda Meloidogyne
spp adalah sebagai berikut :
Filum :
Nemathelminthes
Kelas :
Nematoda
Sub Kelas : Secernenteae
Ordo :
Thylenchina
Famili :
Heteroderidae
Genus :
Meloidogyne
Spesies : Meloidogyne spp.
Betina dewasa berukuran panjang 430
-740 μm. Stilet untuk menembus perakaran mempunyai panjang 11,5-14,5 μm.
Nematoda betina memiliki stilet lemah melengkung ke arah dorsal dengan knob dan
pangkal knob yang tampak
jelas.
Terdapat pola jelas pada striae yang terdapat di sekitar vulva dan anus disebut
pola perineal (perineal pattern). Morfologi umum dari pola perineal
Meloidogyne spp. dibagi menjadi dua, yaitu bagian dorsal dan ventral.
Bagian dorsal terdiri dari lengkungan striae dorsal, punctuations (tonjolan berduri), phasmid, ujung
ekor, dan garis lateral, sedangkan bagian ventral terdiri dari striae ventral,
vulva, dan anus. Setiap spesies memiliki beberapa variasi pola perineal yang
merupakan ciri khusus dari spesies untuk identifikasi.
Jantan dewasa panjang tubuhnya berukuran 887-1268 μm.
Panjang stilet lebih panjang jika dibandingkan dengan stilet betina, yaitu
16-19 μm dan mempunyai kepala yang tidak berlekuk. Bergerak lambat di dalam
tanah dengan ekor pendek dan membulat pada bagian posterior terpilin.
Nematoda puru akar bersifat obligat
tersebar luas baik di daerah iklim tropik maupun iklim sedang. Pembiakan tanpa
jantan dalam reproduksi terjadi pada banyak jenis, tetapi pada jenis yang lain
reproduksi seksual masih terjadi dalam perkembangbiakannya. Telur-telur yang
dihasilkan nematoda betina dewasa diletakkan berkelompok pada massa gelatinus
yang betujuan untuk melindungi telur dari kekeringan dan jasad renik.
Massa telur yang baru terbentuk
biasanya tidak berwarna dan berubah menjadi coklat setelah tua. Nematoda betina
dapat menghasilkan hingga 500 telur dalam massa gelatinus. Telur-telur
mengandung zigot sel tunggal apabila baru diletakkan. Embrio berkembang menjadi
juvenil 1 (J1) yang mengalami pergantian kulit pertama di dalam telur. Telur
menetas dan J1 mengalami perubahan menjadi J2 yang muncul pada suhu dan
kelembaban yang sesuai dan bergerak di dalam tanah menuju ke ujung akar yang
sedang tumbuh. J2 masuk ke dalam akar dan merusak sel-sel akar dengan stiletnya.
Setelah masuk ke dalam akar, J2 bergerak diantara sel-sel sampai tiba di tempat
dekat silinder pusat atau berada di daerah pertumbuhan akar samping. J2 akan
hidup menetap pada sel-sel tersebut, mengalami pertumbuhan dan pergantian kulit
menjadi J3 dan J4 yang selanjutnya akan menjadi nematoda jantan atau betina
dewasa (Dropkin 1991).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang seperti
cacing dan hidup di dalam tanah atau pada jaringan akar. Sedangkan betina
dewasa tetap tertambat pada daerah makanannya atau sel awal di dalam stele
dengan bagian posterior tubuhnya berada pada permukaan akar. Selama hidupnya,
nematoda betina akan terus-menerus menghasilkan telur hingga mencapai 1000
telur. Keberadaan nematoda akan merangsang
sel-sel untuk membelah, sehingga terbentuklah
puru (Luc et
al. 1995).
Pengendalian secara menyeluruh
terhadap semua pathogen merupakan salah satu langkah yang perlu diterapkan
untuk mencapai keberhasilan dalam penyelamatan hasil tanaman tomat.
Pengendalian dengan menggunakan agensia pengendali hayati patogen yang berupa
bakteri antagonis merupakan alternatif pengendalian yang potensial. Beberapa
kelebihan agensia hayati adalah bersifat selektif, sudah tersedia di alam,
relative murah, tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran. Selain itu agensia
hayati bersifat hidup dan dapat berkembang biak sehingga kemempanannya di
lapangan dapat bertahan lama dan berkelanjutan.
Pengendalian nematoda parasit
tanaman dapat dilakukan dengan cara kimia, cara bercocok tanam,pergiliran
tanaman, sanitasi dan pengendalian hayati. Pengedalian secara hayati adalah
salah satu alternatif sebagai pengganti cara kimia dan cara ini sudah lama
dicoba. Keistimewaan pengendalian hayati adalah terutama mengurangi dampak
negatif dari penggunaan pestisida (Mulyadi,1989).
Musuh alami nematoda puru akar sudah banyak diketahui,
misalnya di dataran tinggi telah ditemukan cendawan Paecilomycetes bilacinus
yang menginfeksi telur nematoda puru akar pada tanaman hortikultura. Bacillus
penetrans adalah suatu parasit yang dikenal bertahun-tahun berassosiasi dengan
Meloidogyne spp. serta beberapa spesies jamur yang menyerang nematoda tanah di
Inggris. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlakuan dengan
cendawan terhadap Meloidogyne spp. dapat menekan jumlah populasi dan intensitas
serangan yang memperlihatkan hasil yang baik. Cendawan parasit telur
Meloidogyne spp. terutama dari spesies Gliocladium sp. dan Paecilomyces sp.
mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai agen pengendali secara hayati
untuk mengendalikan Meloidogyne spp.