Cara
penanganan pasca panen hasil hortikultura khususnya hasil pertanian yang baik
diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman umum dalam melaksanakan pasca panen
hortikultura secara baik dan benar, sehingga kehilangan dan kerusakan hasil
dapat ditekan seminimal mungkin dan menghasilkan produk yang bermutu atau
memenuhi standar mutu yang berlaku yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI).
I. Latar Belakang Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian
Kegiatan pasca panen bertujuan mempertahankan mutu produk
segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan karena penyusutan dan kerusakan,
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian.
Kegiatan penanganan pasca panen umumnya masih belum cukup
baik dilakukan oleh petani, packing house
(rumah kemasan) maupun pedagang. Saat ini, kegiatan pasca panen di tingkat
petani umumnya dilakukan secara tradisional dengan alat yang sederhana.
Oleh karena itu, perbaikan sistem pengelolaan tanaman
secara terpadu disertai pengembangan teknologi pemanenan dan penanganan pasca
panen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang
baik.
Penanganan pasca panen yang baik dan benar pada hasil
pertanian merupakan salah satu mata rantai dalam pencapaian standar mutu yang
ditetapkan secara nasional dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Dalam pengembanganan penanganan pasca panen, ada 3 sumber
daya langka yang perlu dikuasai, yaitu:
§ Akses
terhadap teknologi pemasaran
§ Akses
terhadap output pertanian
§ Akses
terhadap konsumen
Kualitas adalah sekumpulan sifat yang menentukan derajat
kesukaan atau penerimaan, kecenderungannya adalah setiap orang akan memilih
kualitas yang terbaik buat dirinya dan konsekuensinya dari kepuasan yang
didapat orang tersebut mau membayar lebih.
Kualitas yang baik mempunyai nilai jual yang lebih tinggi
sedangkan kepentingan kualitas bagi konsumen adalah komoditas tersebut
mempunyai jaminan mutu yang berkaitan dengan tingkat kesegaran, enak dan bagus,
kandungan vitaminnya tinggi dan aman untuk dikonsumsi. Sedangkan kepentingan
komoditas bagi produsen adalah untuk memperoleh harga yang relatif tinggi,
cepat laku dan tahan simpan.
Standarisasi dalam penentuan kualitas merupakan
kesepakatan antara konsumen dengan produsen untuk menentukan harga misalnya
Grade / kelas : A, B, C, D atau 1, 2, 3, 4.
a. Komponen Kualitas Pada Sayuran Dan Buah – Buahan
Faktor
|
Komponen
|
Penampakan
|
Ukuran : dimensi, berat, volume.
Bentuk : perbandingan panjang / lebar / dalam
keseragaman, kekompakan, serasi.
Warna : jenis, intensitas, kemerataan.
Kondisi permukaan : alami, halus, berlilin.
Kerusakan : eksternal dan internal morfologis,
fisik, mekanis, fisiologis fatologis dan entomologis.
|
Tekstur
|
Kekerasan, kekenyalan, keempukan / kelunakan.
Kerenyahan.
Bertekstur halus
Kesegaran, cukup banyak sari buah (juiceness)
Kealotan, berserat
Rasa bertepung, rasa berkerikil.
|
Rasa dan bau (flafor)
|
Manis
Asam, sepat dan kesat
Pahit, getir
Pedas
Beraroma sedap
”berbau tak enak”
|
Kandungan nutrisi
|
Karbohidrat, Protein
Lemak
Vitamin
Mineral
|
Aman
|
Racun alami
Kontaminasi (redusi kimia, logam berat)
Mikroba dan mikrotoksin
|
b. Keuntungan Melakukan Penanganan Pasca Panen
§ Lebih
banyak yang didapat dikonsumsi
Sayuran
|
Satuan hasil (MT)
|
Hilang
|
Yang dapat dikonsumsi
|
*Hasil
- 25 % hilang
|
6.8
|
1.7
|
5.1
|
* Hasil
- 25 % hilang
|
7.5
|
1.9
|
5.6
|
* Hasil
- 15 % hilang
|
6.8
|
1.0
|
5.8
|
§ Lebih
murah melakukan penanganan pasca panen dari pada peningkatan produksi
§ Resiko
kegagalan lebih kecil
§ Lebih
cepat waktu yang diperlukan
2. Pasca Panen Dan Mutu Hasil Pertanian
Pasca
panen hasil pertanian adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak proses
pemanenan hasil pertanian, sampai dengan proses yang menghasilkan produk
setengah jadi (produk antara / intermediate).
Kegiatan pasca panen meliputi panen, pengumpulan, perontokan / pemipilan /
pengupasan, pencucian, pensortiran, pengkelasan (grading), pengangkutan, pengeringan, (drying), penggilingan dan atau penepungan, pengemasan dan
penyimpanan.
Belum berkembangnya penanganan pasca panen seperti yang
diharapkan, disebabkan antara lain karena :
§ Kemampuan
dan pengetahuan petani, pekebun dan peternak dalam kegiatan penanganan pasca
panen masih terbatas.
§ Kelembagaan
pasca panen yang belum berkembang.
§ Waktu
panen yang kurang tepat dan terbatasnya alat mesin pasca panen.
§ Alat
mesin yang tersedia ditingkat petani belum dimanfaatkan secara optimal.
§ Penempatan
dan penggunaan alat mesin yang tidak tepat guna.
§ Belum
mantapnya kemitraan usaha antara produsen dan industri.
Mutu produk hasil pertanian sangat terkait dengan aspek
penerapan sarana dan teknologi pasca panen. Penanganan pasca panen sebagian
besar masih menggunakan sarana teknologi yang sederhana (tradisional).
Rendahnya penggunaan sarana dan teknologi ini diakibatkan oleh tingkat Kualitas
sumber daya manusia yang masih rendah dan kurang tersedianya sarana dan
teknologi pasca panen di pedesaan. Rendahnya kesadaran akan hasil pertanian
yang bermutu dan aman bagi kalangan konsumen, sangat berpengaruh terhadap upaya
– upaya peningatan mutu hasil pertanian. Lemahnya pembinaan penanganan pasca
panen mempunyai andil terhadap rendahnya mutu produk yang dihasilkan yang
berakibat langsung terhadap rendahnya daya saing produk dipasaran baik domestik
maupun internasional.
Peningkatan
mutu produk hasil pertanian melalui peningkatan pembinaan pasca panen,
penguatan sistem standar mutu dan keamanan komoditas produk pertanian untuk
meningkatan daya saing di pasar domestik dan internasional dengan demikian
perlu dilakukan secara berkelanjutan.
3.
Faktor -
Faktor Penanganan Pasca Panen hasil pertanian
Untuk menerapkan
penanganan pasca panen hasil pertanian secara baik dan benar, maka perlu
diketahui faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Faktor - faktor yang mempengaruhinya adalah :
a.
Faktor
Biologi
1. Respirasi
Respirasi merupakan suatu proses pemecahan unsur organik
(karbohidrat, protein dan lemak) menjadi energi. Pemecahan substrat dasar ini
menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida.
2. Produksi Etilen
Etilen
merupakan hormon tanaman berbentuk gas yang mempengaruhi proses fisiologis
tanaman, dihasilkan secara alami dari metabolisme tanaman, serta oleh jaringan
dalam tanaman dan mikroorganisme. Untuk
mencegah pematangan yang begitu cepat maka hindari penyimpanan dengan produk
yang mempunyai produksi etilen tinggi.
3. Perubahan Komposisi Kimia
Perubahan
komposisi kimia terjadi pada saat perkembangan dan masa kematangan, dimana
perubahan komposisi ini masih terus berlangsung setelah panen. Perubahan
komposisi yang terjadi antara lain pada klorofil, karotenoid, antosianin,
karbohidrat, lemak, protein dan asam amino, dimana perubahan ini dapat
mempengaruhi mutu hasil pertanian.
4. Transpirasi
Kehilangan
air merupakan penyebab utama dari kerusakan hasil pertanian yang akan
menyebabkan penurunan kesegaran hasil pertanian. Kehilangan air dapat
menyebabkan penyusutan secara kualitas dan kuantitas hasil pertanian
(kekerutan, pelunakan, hilangnya kerenyahan dan susut bobot).
b.
Faktor
Lingkungan
1. Suhu
Suhu
merupakan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi laju penurunan mutu hasil
pertanian sebab berpengaruh terhadap reaksi biologi. Pengontrolan suhu dalam
rangka pengendalian laju respirasi dari produk sangat penting sehubungan dengan
usaha memperpanjang umur simpan dari komoditas yang disimpan.
2. Kelembaban
Laju
kehilangan air dari hasil pertanian sangat tergantung dari defisit tekanan uap
yang dihasilkan antara komoditi dan udara sekeliling yang dipengaruhi oleh suhu
dan kelembaban.
3. Komposisi Atmosfir
Secara umum, efek komposisi atmosfir tergantung dari
jenis komoditi, kultivar, umur fisiologis, tingkatan O2 dan CO2,
suhu dan lamanya penyimpanan.
4. Prinsip – Prinsip Penanganan Pasca Panen
Adapun
prinsip – prinsip penanganan pasca panen, yaitu :
§ Harus
ditempatkan sebagai bagian integral dari program pengembangan sistem
agroindustri dan agrobisnis.
§ Tidak
terlepas dari interaksi faktor – faktor yang membentuk sistem sehingga
diperlukan pendekatan yang menyeluruh mulai dari hulu sampai hilir.
§ Harus
dilaksanakan berdasarkan kaidah spesifik lokasi dengan tetap mengacu pada aspek
selektif.
§ Tidak
terbatas pada perbaikan sarana dan teknologi saja, tetapi perbaikan dari aspek
manajemen dan sosial ekonomi, serta kelembagaannya.
5.
Tahapan
Penanganan Pasca Panen hasil pertanian
a.
Pemanenan
Untuk menentukan
saat panen yang tepat diperlukan petunjuk untuk mengetahui waktu pemanenan
komoditi hasil pertanian. Penentuan waktu panen hasil pertanian yang siap di
panen dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
§ Visual :
melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai putik, adanya dedaunan
tua di bagian luar yang kering dan penuhnya buah
§ Fisik :
mudahnya buah terlepas dari tangkai / adanya tanda merekah, ketegaran dan berat
jenis
§ Analisis
Kimia : mengukur kandungan zat padat, asam, perbanding zat padat dengan asam
dan kandungan zat pati.
§ Perhitungan
jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubungannya dengan tanggal berbunga dan
unit panas.
§ Metoda
Fisiologis : pengukuran pola respirasi (perbandingan antara CO2 dan
O2).
Pada
pemanenan hasil pertanian harus dilakukan secara hati - hati jangan sampai
terjatuh, tergores, memar, dan sebagainya, karena luka yang disebabkan oleh hal
tersebut akan menyebabkan terjadinya pembusukan akibat peningkatan laju
respirasi.
Untuk
menghidari kerusakan hasil pertanian pada saat pemanenan perlu diperhatikan hal
- hal berikut :
§ Jangan
sampai hasil pertanian hasil panen terjatuh
§ Gunakan
alat panen (gunting, pisau yang tajam
§ Wadah /
Keranjang penampung hasil panen harus kuat, permukaan bagian dalamnya halus dan
mudah dibersihkan.
b. Pengumpulan
Lokasi
pengumpulan/penampungan harus didekatkan dengan tempat pemanenan agar tidak
terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat pengangkutan dari dan ke
tempat penampungan yang teralu lama/jauh.
Perlakuan/tindakan
penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat
dan karakteristik komoditi yang ditangani.
c. Sortasi
Hasil
pertanian setelah dipanen perlu dilakukan sortasi dan pembersihan, dengan cara
memisahkan hasil pertanian yang berkualitas kurang baik (cacat, luka, busuk dan
bentuknya tidak normal) dari hasil pertanian yang berkualitas baik. Pada proses
sortasi ini dapat sekaligus dilakukan proses pembersihan (membuang bagian bagian yang tidak diperlukan). Pembersihan
dapat dilakukan dengan pisau / parang.
Selama
sortasi harus diusahakan agar terhindar dari kontak sinar matahari langsung
karena akan menurunkan bobot / terjadi pelayuan dan meningkatkan aktivitas
metabolisme yang dapat mempercepat proses pematangan / respirasi.
d.
Pembersihan
/ Pencucian
Untuk
menghindari kerusakan yang tinggi pada hasil pertanian, sebaiknya segera
dilakukan pencucian agar hasil pertanian terbebas dari kotoran, hama dan
penyakit. Pencucian menggunakan air bersih yang mengalir untuk menghindari
kontaminasi.
Pencucian
dengan air juga berfungsi sebagai pre-cooling
untuk mengatasi kelebihan panas yang dikeluarkan produk saat proses
pemanenan. Pencucian hasil pertanian dapat menggunakan alat seperti
sikat yang lunak.
Hasil
pertanian yang telah dicuci selanjutnya ditiriskan agar terbebas dari sisa air
yang mungkin masih melekat dan ditempatkan pada tempat tertentu. Untuk
mempercepat penirisan dibantu dengan kipas angin.
e. Grading
Setelah sortasi
dan pembersihan selesai, selanjutnya dilakukan penggolongan / pengkelasan (grading). Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil pertanian yang bermutu baik dan seragam dalam satu golongan /
kelas yang sama sesuai standar mutu yang telah ditetapkan atau atas permintaan
konsumen.
Penggolongan /
pengkelasan dilakukan berdasarkan berat, besar, bentuk / rupa, warna dan bebas
dari penyakit dan cacat lainnya.
Grading dapat dilakukan di tempat panen / tempat pengumpulan. Untuk memudahkan pekerjaan penggolongan di tempat
pengumpulan, sebaiknya menggunakan meja yang bertepi. Pada tempat tersebut
dilengkapi pula dengan peralatan lainnya, misal timbangan, alat pencuci, alat
penirisan / pengeringan, dll.
Selama grading harus diusahakan terhindar dari
kontak sinar matahari langsung karena akan menurunkan bobot / terjadi pelayuan
dan meningkatkan aktivitas metabolisme yang dapat mempercepat proses pematangan
/ respirasi.
f.
Pengemasan
Pengemasan
berfungsi untuk melindungi / mencegah komoditi dari kerusakan mekanis,
menciptakan daya tarik bagi konsumen dan memberikan nilai tambah produk serta
memperpanjang daya simpan produk, sehingga dalam pengemasan harus dilakukan
dengan hati - hati agar tehindar dari suhu dan kelembaban yang ekstrim (terlalu
tinggi / terlalu rendah), goncangan, getran, gesekan dan tekanan yang tinggi
terhadap kemasan hasil pertanian tersebut.
Pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam pengemasan adalah :
§ Kemasan
harus memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak dari hasil pertanian yang
menyangkut ukuran, bentuk kontruksi dan bahan yang dipakai.
§ Kemasan
harus cocok dengan kondisi pengankutan dan harus dapat diterima oleh konsumen.
§ Harga dan
tipe / bentuk kemasan harus sesuai dengan nilai hasil pertanian yang dikemas.
Di Indonesia pengemasan hasil pertanian pada umumnya menggunakan keranjang,
karung, dus karton dan plastik.
Tiga kategori
yang biasa dipergunakan dalam penentuan kemasan adalah :
§ Kemasan
konsumen / unit packaging (kemasan
primer) yaitu kemasan yang digunakan membungkus yang diterima langsung
konsumen. Bahan kemasan yang biasa digunakan kertas / kantong
plastik polyetilen (PE). Selain itu,
juga dapat digunakan plastik film PVC / PE dalam sistem Modified AtmospherePackaging (MAP). Secara tradisional di Indonesia
juga biasa digunakan berbagai dedaunan segar / kering untuk kemasan konsumen
ini.
§ Kemasan
transportasi (kemasan sekunder) yaitu kemasan yang digunakan untuk
menyatukan beberapa kemasan konsumen yang digunakan untuk melindungi dan
memudahkan dalam penanganan (handling).
Biasanya kemasan ini dipergunakan oleh pedagang retail berbentuk kotak - kotak
tertutup dari kayu, corrugated atau solid fibreboard dan kantong plastik /
kertas dengan berbagai susunan dan bentuk.
§ Kemasan
pengisi (kemasan tersier), merupakan bagian dari kemasan yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya benturan antar sayur selama penanganan dan untuk
menghindari guncangan selama transportasi dan distribusi. Jenis bahan yang
biasa digunakan sebagai bahan pengisi, misalnya : potongan dedaunan kering,
jerami, kertas serta bahan khusus lainnya (stereofoam)
dibuat dengan bentuk dan ukuran
disesuaikan dengan produk.
Beberapa contoh
pengemasan hasil pertanian yang umum digunakan adalah :
§ Keranjang
: terbuat dari bambu, daun kelapa dan daun pandan. Biasanya berbentuk persegi
dan bulat. Kelemahannya adalah kurang kuat sehingga tidak mampu melindungi dari
tekanan. Namun, pengemas ini masih dipertahankan mengingat harganya lebih
murah. Untuk mengatasi kelemahan adalah dengan memberi unsur bahan penguat pada
sisinya. Untuk meminimalkan kerusakan, saat ini telah banyak digunakan
keranjang plastik yang mempunyai kekuatan lebih besar, permukaan yang halus dan
mudah dibersihkan sehingga dapat dipaki ulang.
§ Karung :
dalam bentuk karung goni, karung kertas, karung kain, karung plastik dan rajut.
Umumnya penggunaan karung untuk mengepak hasil pertanian pada pengangkutan
jarak dekat. Pengemasan dengan karung sebaiknya dilakukan untuk hasil pertanian
yang bertekstur keras yang tidak memerlukan penyusunan hasil pertanian.
§ Peti
karton : untuk pengangkutan, sebaiknya digunakan peti karton tebal. Pada
pemasaran loka, kurang cocok digunakan karena harganya relatif mahal, selain
itu kekuatannya tidak sebaik peti kayu tetapi lebih kuat dari karung goni. Peti
karton mempunyai bobot yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan
dinding petinya halus. Ukuran peti karton yang standar untuk masing - masing hasil
pertanian belum ada.
§ Plastik :
digunakan untuk pengemasan dengan volume kecil untuk pasar supermarket. Penggunaan plastik dengan pengaturan komposisi udara
bertujuan untuk mempertahankan umur simpan hasil pertanian agar tetap segar sampai
di konsumen.
g. Penyimpanan dan Pendinginan
Penyimpanan
dilakukan untuk mempertahankan daya simpan komoditi dan melindungi produk dari
kerusakan serta terkait erat dengan kebijakan distribusi dan pemasaran seperti
pengankutan, pengeringan, penjualan dan pengolahan. Ruang penyimpanan umumnya
tidak mampu untuk mendinginkan hasil pertanian secara cepat, sehingga perlu
dilakukan prapendinginan. Tujuan prapendinginan untuk menghilangkan dengan
cepat panas dari lapang sebelum penyimpanan / pengangkutan, terutama penting
bagi hasil pertanian yang mudah rusak.
Prapendinginan
dapat dilakukan berbagai cara yaitu :
§ Pendinginan
dengan udara (dingin) yang mengalir (air
cooling)
§ Pendinginan dengan air (hydro cooling) yaitu dengan merendam
dalam air dingin mengalir atau dengan pencucian dengan air dingin
§ Pendinginan
dengan cara kontak dengan es (ice cooling),
yaitu dengan menaburkan hancuran es ke dalam tumpukan hasil pertanian atau
dengan menaruh es di atas tumpukan peti kemas
Pendinginan
dengan vacum (vacuum cooling),
dilakukan dengan cara bahan didinginkan dan dimasukan dalam ruang tertutup
kemudian tekanan diturunkan sehingga akan terjadi penguapan air dari bahan.
Setelah
prapendinginan kemudian hasil pertanian disimpan pada ruang penyimpanan. Hal -
hal yang harus diperhatikan dalam ruang penyimpanan :
§ Sirkulasi
udara dalam ruang penyimpanan harus baik, sehingga suhu ruang penyimpanan
merata.
§ Sanitasi
dalam ruang penyimpanan perlu dilakukan sehingga terhindar dari kapang,
cendawan dan lainnya
§ Purifikasi
udara dianjurkan jika ruangan berbau tidak enak / karena terdapat bahan - bahan
beruap yang mungkin merusak bahan / merangsang kerusakan bahan
§ Penyimpanan
dengan memodifikasi komposisi udara untuk mengurangi kerusakan hasil pertanian
dan memperpanjang umur simpan hasil pertanian, mengatasi gangguan fisiologis,
menghambat respirasi dan menghambat kehilangan air pada hasil pertanian
Beberapa
cara penyimpanan dengan memodifikasi komposisi udara, yaitu :
§ Controlled Atmosphere Storage (CAS) :
penyimpanan dengan pengendalian atmosfer yang disekeliling produk diatur
konsentrasinya (CO2 dinaikkan dan O2 diturunkan disertai
pengendalian udara di sekeliling produk secara kontinyu dengan peralatan
khusus).
§ Modified Atmosphere Storage (MAS) :
penyimpanan dimana tingkat konsentrasi gas O2 lebih rendah dan
tingkat konsentrasi gas CO2 lebih tinggi dibandingkan udara normal
yang dilakukan dengan pengaturan pengemasan yang akan menghasilkan kondisi
tertentu melalui interaksi penyerapan dan pernafasan produk yang disimpan.
§ Low Pressure Storage (LPS) : pengaturan
tekanan di sekeliling produk yang disimpan, dimana tekanan tersebut lebih
rendah dari tekanan atmosfer normal. Produk disimpan dalam kontainer
dengan suhu dan tekanan rendah yang konstan. Penurunan tekanan dalam sistem
penyimpanan ini mengakibatkan suplai O2 untuk respirasi menurun,
sehingga terjadi penurunan kecepatan respirasi, produksi etilen dan gas lainnya
yang dihasilkan oleh produk serta menghambat / melemahkan jasad renik. Sehingga
dapat mengakibatkan pematangan dan pelayuan terhambat.
h.
Transportasi
Pengangkutan
hasil pertanian menuntut penanganan yang cepat dan dapat dilakukan dengan tiga
cara : pengangkutan melalui jalan darat (dipikul, sepeda, pedati, kendaraan
bermotor, kereta api), pengangkutan melalui laut (perahu dan kapal laut) dan pengangkutan
melalui udara (pesawat udara).
Hasil
pertanian akan tetap dalam kondisi prima, segar dan baik dikonsumsi oleh
masyarakat bila penanganan pasca panen dilaksanakan secara baik, benar dan
tepat tanpa harus melupakan peranan proses sebelum panen yang juga sangat
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.
Diharapkan
dalam melakukan kegiatan pasca panen dapat menjamin konsistensi dalam menekan
kehilangan hasil produk pada setiap rantai penanganan pasca panen dan
meningkatkan mutu produk, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya
saing produk.
6. Contoh Pasca Panen Jeruk
a.
Pemanenan
Jeruk merupakan
buah klimakterik, oleh karena itu buahnya harus dipetik pada skala optimal.
Indeks kematangan buah jeruk bervariasi antar varietas. Cara yang paling mudah
adalah berdasarkan kematangan perubahan warna hijau menjadi kuning, tetapi
beberapa jeruk tidak mudah mengalami perubahan warna, sehingga perlu dilakukan
uji rasa secara berkal untuk menentukan bahwa buah jeruk telah matang untuk
dipanen. Standar indeks kematangan buah jeruk yang berlaku di beberapa negara
berdasarkan atas perubahan warna, kadar padatan terlarut, kadar asam,
perbandingan kadar padatan dan asam, serta kadar sari buah.
Pemetikan
dilakukan dengan menggunakan guntuing atau ’clipes’ dan tidak mengenai kulit
buah jeruk dengan tangkai sekitar 2 mm. Pemetiakn hendaknya jangan dilakukan
apabila hujan atau baru saja hujan. Pemetikan sebaiknya dilakukan apabila
permukaan buah telah kering. Jeruk yang dipanen diusahakan tidak terluka dan
jangan sampai terjatuh. Wadah yang digunakan untuk menampung buah yang telah
dipetik sebaiknya dari bahan yang tidak merusak kulit buah. Buah yang letaknya
tinggi harus dipetik dengan bentuan tangga supaya tidak merusak pohon.
b.
Sortasi
awal
Sortasi
awal biasanya dilakukan dikebun. Buah diseleksi sebelum dibawa ke bangsal
pengemasan. Buah dipilih yang sehat, tidak rusak, cacat fisik dan seragam
ukuran buahnya. Umumnya buah ditempatkan pada kerat plastik.
c.
Pencucian
dan pengeringan
Pencucian
dilakukan dengan perendaman dan bantuan sikat lunak atau lap halus jangan
sampai merusak kulit. Pencelupan dalam larutan fungisida dapat diganti dengan
pencelupan dalam air hangat bersuhu 48 – 53 UC selama 3 4 menit setelah
pencucian. Pencelupan ini bertujuan untuk mencegah penyakit busuk coklat yang
disebabkan oleh phytophthora sp. Selanjutnya, buah dikeringkan dengan blower
atau lap lunak, sambil memisahkan buah yang luka atau cacat. Biasanya buah
jeruk setelah dicuci langsung diberikan lapisan lilin (wax) yang telah dicampur
fungisida sebelum dikeringkan.
d.
Grading
Grading dilakukan
untuk memisahkan buah menurut ukuran dan kualitasnya. Penentuan derajat
kualitas buah jeruk berbeda – beda bagi setiap negara.
e.
Degreening
Degreening
dilakukan untuk menghasilkan buah jeruk yang berwarna baik, kuning merata.
Dalam proses ini dapat digunakan etilen 100 ppm (100 gr/ton) selang waktu 12
jam, selama 24 – 27 jam pada ruang bersuhu 25 °C.
f.
Pengemasan
Buah jeruk yang
akan dikirim dapat dikemas dalam peti kayu atau karton bergelombang. Ukuran
peti bermacam – macam, seperti 25 x 25 x 25 cm, 45 x 26 x 28 cm, 30 x 30 x 30
cm, 60 x 28 x 28 cm. peti kayu memiliki ventilasi pada sambungan antar papan. Peti
kayu jeruk manis yang digunakan untuk ekspor berukuran 60 x 40 x 40 cm dengan
berat isi 25 – 30 kg. Jumlah tumpukan peti adalah 4 - 6 tumpuk. Sedangkan kemasan kotak karton
berukuran 60 x 40 x 40 cm dengan kapasitas 25 – 30 kg dan tumpukan hanya
dapat 2 – 3 tumpuk.
g.
Penyimpanan
Penyimpanan buah jeruk segar yang optimal pada suhu
antara 10 – 15 ºC dengan kelembaban 85 – 90 %.
7. Sifat –sifat umum
Sayuran dan Buah-buahan
Sayuran
dan buah-buahan memiliki sifat-sifat umum yang penting diperhatikan.
Sifat-sifat
umum sayuran adalah sebagai berikut :
§ Memiliki
kandungan air yang tinggi sekitar 96%.
§ Mudah rusak (perishable).
§ Tidak
dikonsumsi sebagai makanan utama.
§ Mengandung
klorofil untuk sayuran daun, yang dalam suasana asam akan berubah menjadi hijau
tua, dan dalam suasana basa menjadi hijau terang.
§ Mengandung
karoten yang menimbulkan warna oranye/kuning dan tidak berubah dengan
pengolahan atau pH.
§ Mengadung
antosianin yang menyebabkan warna merah atau biru yang sensitif dengan
perubahan pH.
§ Proses
pemasakan akan membuat sayuran mudah dicerna, tetapi pemasakan juga akan
menyebabkan kehilangan vitamin C untuk sayuran daun.
Sifat-sifat
umum buah-buahan adalah sebagai berikut :
§ Kandungan airnya tinggi
sekitar 96-99%.
§ Mempunyai
citarasa, warna, dan tekstur yang bervariasi.
§ Kualitas
dapat dipertahankan dalam penyimpanan dingin.
§ Kandungan
air tinggi sehingga dapat dimakan dalam keadaan segar.
§ Mudah rusak (perisable).
§ Produk olahannya sangat
banyak.
§ Mengandung
protein dan lemak yang sangat rendah.
§ Mengandung
karbohidrat, vitamin, dan mineral tinggi.
v Jenis-jenis
Sayuran dan buah-buahan
Komoditas
sayuran berasal dari berbagai tanaman, yaitu :
No.
|
Jenis Sayuran
|
Contoh
|
1
|
Daun
|
Kol, bayam, kangkung, sawi hijau, sawi putih
|
2
|
Buah
|
Tomat, timun, jagung, labu siam, cabe, paria
|
3
|
Biji
|
Kacang polong, kacang merah, buncis
|
4
|
Batang
|
Seledri, kailan, rebung, asparagus
|
5
|
Bunga
|
Bunga kol, brokoli
|
6
|
Akar
|
Wortel, radish, lobak
|
7
|
Umbi
|
Bawang merah, bawang putih, bawang bombay
|
8
|
Ubi
|
Kentang, ubi jalar, ubi negara,
|
9
|
Kecambah
|
Toge
|
Komoditas
buah-buahan berasal dari berbagai tanaman, yaitu :
No.
|
Jenis
Sayuran
|
Contoh
|
1
|
Buah keras
|
Apel, pir
|
2
|
Buah batu
|
Plum, peach, aprikot,
manggis, mangga
|
3
|
Kelompok jeruk
|
Orange, lemon, jeruk nipis, jeruk bali
|
4
|
Kelompok beri
|
Stroberi, blueberi, raspberi, blackberi
|
5
|
Kelompok currants
|
Black dan red currant
|
6
|
Beragam
|
Melon, pisang, nenas
|
7
|
Buah kering
|
Sultana/kismis, currants, kurma, prune
|
Umumnya pada tanaman yang berbunga, buah akan muncul setelah terjadi
penyerbukan. Namun, ada buah-buahan yang tidak terbentuk dari hasil penyerbukan
serbuk sari terhadap putik, misalnya nenas, apel dan strawberi.
Menurut sifat fisiologis pasca-panennya, buah-buahan
dikelompokkan menjadi buah klimakterik dan buah non-klimakterik. Contoh buah
klimakterik adalah apel, alpukat, pisang, mangga, pepaya, markisa, kesemek, dan
sebagainya. Contoh buah non-klimakterik adalah jeruk manis, nenas,
anggur, stroberi dan sebagainya.
v Klasifikasi Produk-produk Olahan Sayuran dan Buah-buahan
No
|
Produk
|
Sayuran
|
Produk
|
Buah
|
1
|
Sari sayuran & pure
|
Wortel, seledri, tomat, bayam
|
Sari buah & pure
|
Mangga, jambu biji, jeruk,
markisa,
|
2
|
Sayuran kaleng
|
Buncis, jamur, tomat, bit,
kol
|
Buah kaleng
|
Apel, nenas, rambutan, pepaya
|
3
|
Sayuran kering
|
Buncis, wortel, cabe, kacang polong, dll
|
Konsentrat buah/Esen
|
Apel, pisang, jeruk, lemon,
dll
|
4
|
Sayuran beku
|
Buncis, wortel, cabe, kacang polong, dll
|
Buah beku
|
Sorbet, pir, melon, apel,
dll
|
5
|
Sayur asin
|
Kol, timun, sawi
|
Selai, marmalade, manisan
|
Belimbing, salak, pepaya, nenas
|
6
|
Sup dan saus
|
Tomat, bit, asparagus, jamur,cabe
|
Permen
|
Jelly candy
Hard candy
Chewy candy
|
II.
Contoh Tahapan
Pengolahan Hasil Sayuran Dan Buah
a.
Pengertian,
Tujuan, dan Jenis-jenis Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan pendahuluan memiliki pengertian sebagai
tahap-tahap persiapan bahan baku yang akan digunakan dalam prose pengolahan,
agar didapatkan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga didapatkan
produk akhir yang memiliki karakteristik yang diharapkan oleh konsumen.
Tahap-tahap perlakuan pendahuluan yang dilakukan hampir sama untuk semua proses pengolahan
sayuran dan buah-buahan, namun tidak semua tahap diperlukan dalam proses
pengolahan tertentu. Perlakuan
pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan karakteristik produk
olahan yang diharapkan.
Tujuan dari
perlakuan pendahuluan adalah sebagai berikut ;
§ Mempermudah
proses pengolahan, misalnya dengan pengecilan ukuran
§ Memperbaiki
/mempertahankan kualitas produk olahan.
§ Mempertahankan
sifat-sifat fisik dan kimia produk olahan.
Jenis-jenis perlakuan pendahuluan yang sering digunakan
sebelum proses pengolahan adalah sebagai berikut :
§ Seleksi bahan baku
§
Penentuan saat panen yang tepat
§ Pendinginan hasil panen
yang tepat
§
Perlakuan hasil panen yang tepat
§
Perendaman
dan bahan kimia
§
Pembersihan/pencucian
§
Pemisahan bagian yang dapat dimakan
§
Pengecilan
ukuran
§
Grading
& Sortasi
§
Blansing
b.
Seleksi
Bahan Baku
Seleksi
bahan baku yang akan digunakan dalam proses pengolahan, sangat penting
dilakukan. Bahan baku, misalnya buah
nangka, memiliki beberapa varietas yang masing-masing memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Sehingga untuk proses
pengolahan terntentu memerlukan varietas atau jenis bahan baku tertentu yang
karakteristiknya tepat untuk menghasilkan produk berkualitas.
Sebagai
contoh, dalam proses pembuatan manisan, lebih tepat digunakan nenas bogor
dibandingkan dengan nenas subang. Hal
ini disebabkan karena nenas bogor memiliki kadar air dan kadar asam yang lebih
rendah, tetapi lebih manis. Nenas subang
lebih tepat digunakan sebagai bahan baku pembuatan selai, karena memiliki warna
kuning yang lebih menarik.
Dalam
pengolahan keripik nangka dengan menggunakan vacuum frying atau penggorengan vakum, lebih tepat digunakan bahan
baku dari jenis nangka tepung, karena memiliki kandungan karbohidrat yang
tinggi. Bila menggunakan nangka jenis
lain, yang lebih banyak kandungan gulanya, keripik nangka yang dihasilkan akan
sangat keras, tidak renyah seperti keripik dari nangka tepung.
c.
Penentuan
Saat Panen yang Tepat
Penentuan
saat panen yang tepat bertujuan untuk memperoleh bahan baku dengan tingkat
kematangan yang optimal untuk masing-masing proses pengolahan. Mutu sayuran dan buah-buahan setelah dipanen
tidak dapat ditingkatkan. Akan tetapi dengan penanganan yang tepat mutu
tersebut dapat dipertahankan. Mutu sayuran dan buah-buahan yang baik dapat
diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kedewasaan maturitas yang
tepat. Buah yang dipanen muda akan memberikan mutu yang rendah dan pematangan
yang tidak baik. Sayuran yang dipanen terlalu awal akan memberikan hasil dengan
mutu yang rendah. Demikian pula dengan keterlambatan dalam pemanenan sayuran
dan buah-buahan akan menurunkan daya tahan terhadap pembusukan. Akhirnya akan
diperoleh mutu produk yang rendah yang nilai jualnya juga rendah.
Misalnya
kematangan tomat yang dibutuhkan dalam pengolahan saus dan manisan tomat akan
berbeda. Dalam pengolahan saus tomat,
dibutuhkan tomat dengan kematangan ‘matang penuh’, yang memiliki warna merah
tua dan tekstur yang empuk. Hal ini
bertujuan agar warna saus yang dihasilkan akan baik (merah tua) dan tekstur
saus yang lebih lembut. Pada pengolahan
manisan, dibutuhkan tomat dengan kematangan ‘matang muda’ yang memiliki warna
jingga tua yang sudah menyeluruh dengan tekstur yang masih tegar. Pemilihan
tingkat kematangan ini bertujuan untuk mempertahankan tekstur manisan tomat
yang akan mengalami perebusan selama 1 jam dalam larutan gula yang mendidih. Bila digunakan tomat yang matang penuh,
tekstur akan menjadi sangat lembek dan hancur, sehingga tidak dapat dijadikan
manisan.
Saat
pemanenan buah dan sayuran dapat ditentukan dengan berbagai cara,diantaranya :
1. Secara visual,
penentuan saat panen secara visual dapat dilakukan terhadap :
§ warna kulit
§ ukuran buah atau sayuran
§ terdapatnya daun yang
kering
§ mengeringnya tanaman
§ tingkat perkembangan buah
2. Secara fisik
Penentuan
cara panen secara fisik dapat dilakukan dengan mengamati:
§ kemudahan buah atau sayuran
untuk dipetik
§ tingkat kekerasan
§ berat jenis
3. Analisis kimiawi
Penentuan saat
panen dengan menggunakan
metode analisis kimiawi
dapat dilakukan terhadap :
§ kadar
air, makin matang suatu komoditas, makin tinggi kadar airnya.
§ kadar
pigmen antosianin, makin matang suatu komoditas, makin tinggi kadar warna
merahnya, terutama untuk beberapa buah-buahan.
§ kadar
pektin, makin matang suatu komoditas, makin rendah kadar pektinnya. Misalnya dalam pembuatan selai, dipilih buah
nenas yang masih mengkal supaya banyak pektinnya, bila pektin tidak banyak,
selai akan sulit mengental.
§ Kadar
gula dan asam, makin matang suatu komoditas, makin tinggi pula kadar gulanya,
tetapi makin rendah kadar asamnya.
4. Perhitungan
kalender
Penentuan saat panen dengan
menggunakan perhitungan kalender, yaitu dengan menghitung :
§ jumlah
hari setelah munculnya bunga
§ perkalian
antara suhu udara rata-rata dengan jumlah hari setelah keluarnya bunga
5. Metode
fisiologi
Penentuan saat
panen dengan menggunakan
metode fisiologis, yaitu
dengan menentukan kondisi respirasi.
Masing-masing
metode diatas mempunyai kelemahan-kelemahan. Hingga saat ini belum ditemukan
suatu metode yang benar-benar tepat dalam menentukan saat panen buah dan
sayuran. Meskipun demikian, perlu diupayakan adanya suatu metode yang paling
tinggi tingkat ketepatannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan mendasarkan
teori-teori yang ada dan digabungkan dengan pengalaman-pengalaman yang telah
diperoleh.
Klasifikasi Warna
Kulit Buah Tomat Kultivar Recento
§ Matang Hijau (Green
Mature)
§ Pecah
Warna (Breaker)
§ Jingga (Turning)
§ Jingga
Tua (Pink)
§ Merah
Muda (Light Red)
§ Merah Tua
(Red)
d.
Pendinginan Hasil Panen
yang Tepat
Pendinginan
atau penggunaan suhu rendah dapat mempertahankan mutu sayuran dan buah-buahan,
karena :
§ Reaksi
kimia menjadi rendah, sehingga metabolisme berjalan dengan lambat.
§ Pertumbuhan
mikroorganisme dapat dihambat, sehingga menghambat pembusukan.
Pendinginan
biasa dilakukan pada komoditas sayuran dan buah-buahan, apabila pengolahan
tidak langsung dilakukan setelah pemanenan, sehingga kualitasnya dapat
dipertahankan.
e.
Perlakuan
Panas Hasil Panen yang Tepat
Tujuan
perlakuan pemanasan adalah untuk menurunkan kerusakan pascapanen karena
pertumbuhan mikroorganisme dengan cara perendaman dalam air panas pada suhu 54°C selama
5 menit. Perlakuan ini terutama
dilakukan untuk buah-buahan tropis dan subtropis, namun jarang dilakukan karena
akan merusak jaringan buah dengan panas, kecuali untuk buah-buahan dengan kulit
yang tebal.
f.
Perendaman
dalam Bahan Kimia
Tujuan
perendaman adalah untuk :
§ Membersihkan kotoran.
§ Memperbaiki
sifat-sifat komoditas sayuran dan buah-buahan supaya menghasilkan produk yang
berkualitas.
Pada
umumnya, untuk perendaman digunakan air dengan campuran bahan kimia. Bahan kimia yang sering digunakan adalah
natrium metabisulfit dan kapur sirih.
§ Kapur
sirih berfungsi untuk mengeraskan jaringan sayuran dan buah-buahan sebelum
dilakukan proses pengolahan.
§ Natrium
metabisulfit berfungsi untuk mempertahankankan warna komoditas saat pengolahan
supaya tidak terjadi pencoklatan.
Misalnya
dalam pembuatan keripik kentang, bila sebelum proses pengolahan dilakukan
perendaman dalam larutan kapur sirih dan sulfit, maka keripik kentang yang
dihasilkan akan renyah dan berwarna putih menarik (tidak kecoklatan).
Namun
pada beberapa komoditas, memiliki tujuan lain, yaitu :
§ Pada
kacang-kacangan, bertujuan untuk menaikkan kadar air dan mengurangi rasa pahit.
§ Pada
tomat, bertujuan untuk melepaskan telur lalat buah.
§ Pada
anggur yang akan dikeringkan (menjadi kismis) dilakukan pencelupan dalam
larutan soda caustik, supaya kulitnya pecah sehingga cepat kering.
§ Pada
kentang dan apel, bila tidak direndam (setelah dikupas kulitnya) akan menjadi
coklat akibat reaksi fenol oksidase dengan oksigen.
g.
Pembersihan/Pencucian
Pembersihan
merupakan salah satu satuan operasi awal yang bertujuan untuk membersihkan
bahan kontaminan dari produk pertanian (dari permukaan buah) agar diperoleh
kondisi yang sesuai untuk proses selanjutnya.
Tujuan dari pembersihan
adalah untuk :
§ Menghilangkan
tanah yang melekat dan kontaminan lain seperti batu / kerikil, fungisida dan
insektisida.
§ Menghilangkan
lapisan lilin alami sebagai persiapan perlakuan pelilinan.
Pembersihan dari tanah dan kerikil dapat dilakukan secara
manual atau dengan menggunakan ayakan. Beberapa komoditas dapat dibersihkan
dengan cara dicuci, disikat (melon, salak) atau digosok dengan kain halus
(mentimun Jepang). Penyikatan secara manual atau dengan mesin dan penggosokan
akan melepaskan debu terutama pada buah, tetapi harus dilakukan secara
hati-hati agar kulit tidak rusak. Rusaknya kulit akan mempercepat pembusukan
Pencucian terutama dilakukan untuk melepaskan getah
antara lain pada mangga dan pisang. Pencucian hanya dibenarkan apabila
benar-benar perlu, karena setelah pencucian umumnya harus diikuti dengan
perlakuan pemberian fungisida. Air untuk pencucian harus bersih dan mengalir.
Air yang diresirkulasi atau tidak mengalir cepat terkontaminasi oleh
mikroorganisme pembusuk sehingga mengakibatkan tingkat pembusukan yang tinggi.
Pada usaha-usaha komersial dapat digunakan air yang dikhlorinasi dengan cara
penambahan garam-garam hipokhlorit atau gas khlor. Cara ini tidak dianjurkan
untuk usaha-usaha kecil karena bahan organik dalam air akan cepat menonaktifkan
zat antibakteri, sedangkan pemantauan bahan aktif tersedia dan penambahan bahan
aktif yang diperlukan untuk mencapai konsenterasi yang diperlukan sangat rumit.
Pencucian tidak dilakukan untuk buah-buahan yang lunak
dan mudah lecet, misalnya stroberi. Oleh karena itu untuk buah-buahan semacam
ini cara bercocok-tanam, pemanenan, dan penanganannya harus menjamin kebersihan
produk.
Pembersihan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu ;
§ Cara kering,
Pembersihan secara kering
diterapkan pada bahan yang berukuran lebih kecil dan memiliki kekuatan mekanik,
dan memiliki kadar air yang rendah (seperti biji-bijian dan
kacang-kacangan). Setelah
dibersihkan bagian permukaannya, produk akan menjadi bersih dan lebih kering
sehingga akan membantu mengawetkan bahan lebih lanjut. Pembersihan secara kering pada umumnya akan
memerlukan peralatan dan mesin yang lebih murah dibandingkan dengan pengeringan
basah, yaitu dengan meletakkan komoditas pada ban berjalan yang berlubang-lbang,
kemudian dihembuskan udara dengan tekanan yang tinggi, sehingga kotoran-kotoran
yang ringan hilang.
§ Cara basah,
Pembersihan secara basah adalah
cara pembersihan bahan kontaminan yang dilakukan dengan menggunakan air
(merendam, menggosok, dan menyemprot) terhadap bahan hasil pertanian. Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan
pembersihan secara kering dan biasa digunakan untuk membersihkan tanah yang
melekat pada akar tanaman, debu, atau residu pestisida yang melekat pada
permukaan buah yang lunak atau daun sayuran.
1.
Perendaman
dalam air
2.
Vibrasi/getaran
ultrasonik
3.
Penyemprotan
air dengan tekanan tinggi
4. Perendaman
dengan zat tertentu, misalnya dengan dtergen supaya busa yang dihasilkan dapat
mengikat kotoran yang melekat pada permukaan komoditas.
Pemilihan
metode pembersihan ditentukan oleh kondisi alami dari produk untuk dibersihkan
dan oleh jenis kontaminan yang akan dibersihkan. Secara umum lebih dari satu cara pembersihan
diperlukan untuk membuang berbagai kontaminan yang terdapat pada bahan pangan.
h.
Pemisahan
bagian yang dapat dimakan
Tujuan
dilakukannya pemisahan bagian yang tidak dapat dimakan adalah :
§ Membuang
bagian-bagian yang tidak dikehendaki.
Misalnya
mengupas kulit buah melon, karena tidak dapat dimakan, keras, dan rasanya tidak
disukai.
§ Memotong
bagian yang cacat atau busuk, supaya tidak mengkontaminasi produk olahan yang
dihasilkan.
Pemisahan
bagian yang tidak dapat dimakan dapat dilakukan dengan cara :
§ Manual/tenaga
manusia, dengan menggunakan pisau untuk mengupas.
§ Mekanis,
yaitu menggunakan peralatan untuk mengupas.
i.
Pengecilan
Ukuran
Pengecilan
ukuran diperlukan untuk mempermudah proses pengolahan. Misalkan dalam proses
pengolahan sari buah. Buah-buahan yang
akan dioleh harus dipotong kecil-kecil supaya lebih mudah dalam penghancuran
dengan menggunakan blender.
Faktor yang harus diperhatikan dlam
pengecilan ukuran adalah :
§ Pisau
yang digunakan untuk memotong harus tajam, supaya mendapatkan hasil potongan
yang rapi dan bersih.
§ Pisau
yang digunakan untuk memotong harus terbuat dari stainless steel karena unsur
besi (Fe) dan tembaga (Cu) akan bereaksi dengan asam-asam yang berasal dari
jaringan, kemudian akan menghasilan reaksi kimia yang tidak diinginkan.
j.
Grading dan Sortasi
Grading
adalah sortasi menurut tingkat kualitas, sedangkan sortasi adalah kegiatan
pemisahan bahan dengan ciri-ciri tertentu yang beraneka ragam. Grading dan sortasi dilakukan untuk lebih
menyeragamkan komoditas, sehingga produk yang dihasilkan lebih
berkualitas. Untuk memenuhi kebutuhan
pasar, dimana produk sayuran buah perlu dilakukan pemilahan berdasarkan sifat
fisik bahan (ukuran,bentuk, berat, dan warna) serta mutunya.
Untuk
memilah buah tomat, apel, jeruk, dan lain-lain dapat dilakukan berdasarkan
ukuran, berat, atau warnanya. Pemilahan
ini dapat dilakukan secara manual berdasarkan indera penglihatan dan
tangan. Cara yang lain adalah dilakukan
secara mekanis dengan menggunakan alat atau mesin grading berdasarkan diameter
buah yang dilewatkan pada celah yang semakin melebar. Berdasarkan selang
atau pebedaan diameter buah tomat, kemudian dapat ditentukan selang
kisaran kelas buah tomat sesuai standar mutu yang dikehendaki. Demikian pula pada penetapan kelas
berdasarkan beratnya, dapat dilakukan dengan prinsip penimbangan; sedangkan
penetapan kelas berdasarkan warna dilakukan dengan prinsip pantulan dari
permukaan buah
Untuk
mendapatkan mutu yang baik perlu dilakukan sortasi mutu dengan
pengklasifikasian (grading) yang dapat dilakukan secara manual atau mekanik.
Ada 3 klasifikasi mutu yang umum digunakan untuk produk hortikultura, yaitu:
§ Kelas super
Kelas super mempunyai mutu
sangat baik, memiliki bentuk, warna, dan aroma khas dari kultivarnya dan tidak
mempunyai cacat-cacat dalam yang mungkin mempengaruhi tekstur, rasa dan aroma.
Untuk kelas super ini masih diizinkan adanya penyimpangan sebesar 5%
§ Kelas 1
Kelas 1
hampir sama dengan kelas super, hanya disini diperkenankan toleransi 10%.
Buah-buahan secara individual diperbolehkan memiliki sedikit penyimpangan dalam
bentuk, warna dan kerusakan-kerusakan kecil pada kulitnya yang tidak
mempengaruhi penampilan dan umur simpan.
§ Kelas 2
Kelas 2
boleh mempunyai sedikit kerusakan eksternal maupun internal, asalkan masih
tetap dapat dimakan dalam keadaan segar. Golongan ini paling baik untuk
transaksi jual-beli setempat atau untuk tempat-tempat yang tidak jauh dari lokasi
produksi.
Sortasi yang dilakukan pada sayuran buah
merupakan perlakuan yang ditujukan untuk memisahkan antara bahan utama dan
bahan pengotor (serpihan daun, tangkai, dll.) berdasarkan sifat-sifat fasiknya.
Seperti halnya pada pembersihan, sortasi harus
dikerjakan sesegera mungkin untuk memastikan tingkat keseragaman produk untuk
mendukung proses pengolahan selanjutnya. Sortasi dapat dilakukan berdasarkan
bentuk dan ukuran.
Tujuan dari sortasi adalah memisahkan komoditas yang
tidak dapat dipasarkan dan bahan asing (bagian-bagian tanaman yang terpakai,
tanah, batu, gulma) sebelum proses penanganan lebih lanjut. Semua bahan yang
tidak lolos sortasi harus dikumpulkan dan diangkut secepat mungkin dari bangsal
pengepakan atau dimasukkan tempat sampah bertutup sampai akan dibuang. Tindakan
ini perlu untuk mencegah akumulasi limbah yang busuk dan terserang hama dan
mungkin mencemari produk yang sedang ditangani atau akan dipasarkan. Sortasi manual memerlukan meja sortasi
sedangkan pada sortasi mekanis diperlukan pula sabuk berjalan untuk meletakkan
produk yang tidak memenuhi syarat.
k.
Blansing
Pengertian
blansing adalah perlakuan panas yang pendek.
Umumnya dengan media pindah panas, air panas ataupun uap panas yang
diberikan sebelum proses-proses pengolahan.
Macam-macam
blansing yang sering dilakukan adalah :
§ Air
panas, dengan suhu sekitar 87-99°C
§ Uap panas, dengan suhu 100°C
§ Individual Quick Blansing,
yaitu pemasan dengan cara penyemprotan.
Lamanya
blansing tergantung pada karakteristik komoditas sayuran dan buah-buahan.
Tujuan blansing adalah :
§ Inaktivasi enzim, karena
enzim
1. Meneruskan
proses pematangan setelah panen
2. Menyebabkan
perubahan flavor (cita rasa), warna, tekstur, dan sifat-sifat lain dari bahan
pangan.
sehingga bila
enzim dapat terinaktivasi, komoditassayuran dan buah-buahan tetap stabil selama
penyimpanan.
§ Membersihkan kotoran yang
melekat.
1.
Melunakkan
jaringan
3.
Jaringan
mengkerut
4.
Mudah
dikemas
§ Menghilangkan udara
interseluler
§ Jaringan tampak lebih hijau
§ Memperbaiki proses grading
berdasarkan berat jenis
§ Mencegah
timbulnya tekanan-tekanan yang lebih besar dalam kaleng setelah sterilisasi.
§ Mengurangi reaksi oksidasi.
§ Memantapkan warna
§ Mencegah pencoklatan
§ Memperbaiki
flavor/aroma (rasa pahit dan langu pada kacang tanah hilang).
Namun blansing juga memiliki kerugian, yaitu kadar
nutrisi yang larut dalam air akan hilang, misalnya seperti vitamin C, sakarida,
dan protein yang larut dalam air.
Penanganan buah
dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan kemudian pemasaran.
Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan buah setelah dipanen meliputi
pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan umuran (sizing),
pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing).
Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan
tambahan penanganan seperti degreening, pencucian, penggunaan
bahan kimia, pelapisan (coating), dan pendinginan awal (pre-cooling). Bilamana dipilih metode penyimpanan dingin,
maka beberapa teknik penyimpanan dingin untuk buah yang dapat digunakan meliputi
1) pendinginan ruang (cooling room), 2) pendinginan tekanan udara
(forced-air cooling), 3)
pendinginan menggunakan air (hydro cooling), 4)
pendinginan vacuum (vacuum cooling), dan 5) pendinginan
menggunakan es batu (ice cooling).
Umur simpan
yang lebih panjang dan aman dari infeksi penyakit pada buah akan
diperoleh bilamana penyimpanan dingin disertai dengan pengaturan komposisi
udara simpan. Proses respirasi yang mengendalikan pematangan dan penuaan buah
dapat lebih dihambat dengan penyimpanan dingin yang disertai penurunan kadar
oksigen dan/atau peningkatan kadar karbondioksida dalam ruang penyimpanan.
Proses
degreening dilakukan dalam ruangan khusus yang suhu dan kelembabannya
dikendalikan. Suhu yang diperlukan umumnya 80 OC dengan
kelembaban udara berkisar 85 – 92 persen. Ke dalam ruangan tersebut
dialirkan gas etilen (C2H4) pada konsentrasi
rendah. Waktu yang diperlukan untuk mengatur warna sangat bergantung pada
tingkat kematangan bahan dan tingkat kandungan klorofil bahan.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
LIGASUPER88 Pusat Games Taruhan Online TerBaik Dan Terpercaya !!!!!
BalasHapusPromo Spesial :
» New Member Sportsbook 30%
» New Member Live Casino 30%
» New Member Slot Online 50%
» Cashback Sportsbook 10%
» Rollingan Live Casino 1%
» Rollingan Slot Online 1%
Permainan Tersedia :
» Sbobet Sportsbook
» Sbobet Casino
» Sbobet Toto Draw
» Ibcbet/Maxbet
» Sabung Ayam
» Tembak Ikan
» Slot Pragmatic Play
» Slot Habanero
» Slot Spadegaming
» Slot Joker
» Slot Microgaming
» Slot Toptrend
» WM Casino
» Sexy Bacccarat
» Ebet Casino
Support Bank Ligasuper88 :
BCA >MANDIRI >DANA >BNI >BRI > GO PAY > OVO > PANIN > ATM BERSAMA
Daftar & Jutawan Sekarang Juga !
Hubungi Kontak Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Whatsaap 1 : +85561375501
» Whatsaap 2 : 081315849567
» Line : Ligasuper88
» Link : www.ligasuper88.com
Bosan Di Waktu Luang Kosong ? Nikmati Permainan Agen Judi Online Bolavita Terpercaya Di Indonesia.
BalasHapusTersedia :
• Sabung Ayam
• Taruhan Bola
• Casino Live
• Tembak Ikan
• Slot Online
• Tangkasnet
• PokerVita
Promo Spesial :
• Bonus 100% Beruntun Win 8x, 9x, 10x
• Bonus Deposit Pertama 10%
• Bonus Deposit Harian 5%
• Bonus Rollingan 0.8%
• Bonus Referral 7% + 2%
Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
Kini Agen Judi Online Bolavita Menyediakan Segala Jenis Transaksi Deposit & Withdraw Menggunakan Dompet Digital (E-wallet) yang ada di Indonesia.
BalasHapusTersedia Judi Online Deposit Pakai Linkaja, Ovo, Dana, Sakuku. Gopay. Selain Menyediakan Judi Online Deposit Via Pulsa dan Semua Jenis Rekening Bank di Indonesia.
Bolavita Menyediakan Judi Online Yang Cukup Lengkap. Antara Lain Adalah :
• Judi Sabung Ayam Live
• Judi Casino Live
• Judi Bola / Sportsbook
• Judi Slot Online
• Judi Bola Tangkas
• Judi Poker Online
• Judi Domino
• Judi Ceme / Capsa Susun
• Judi Tembak Ikan Online
• Judi Togel Online
Promo Bonus :
» Bonus Deposit Pertama 10%
» Bonus Deposit Harian 5%
» Bonus Cashback Mingguan 5% - 10%
» Bonus Rollingan Mingguan 0.8%
» Bonus Referral 7% + 2%
Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
Kontak Resmi (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Coagulan
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Coagulant
Flokulan,nutrisi, bakteri
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium