Jumat, 26 April 2013

Mengenal Ordo Seranga Hama



I.                   PENDAHULUAN


1.1.            Dasar Teori

Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).
Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain - lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.
Filum Aschelminthes, Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa). Secara umum ciri - ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah : Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas). Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerak. Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan. Beberapa contoh dari nematoda parasit ini antara lain adalah : Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada tanaman tomat, lombok, tembakau dan lain - lain. Hirrschmanieella oryzae (vBrdH) pada akar tanaman padi sawah. Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi.
Filum Mollusca, Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.
Filum Chordata, Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua binatang anggota klas Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis (spesies) saja yang benar - benar merupakan hama tanaman. Jenis - jenis tersebut antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang (Carnivora), musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina).
Filum Arthropoda, Merupakan filum terbesar di antara filum - filum yang lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam Filum Arthropoda.
Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda (serangga).

Hama dari jenis serangga memiliki enam ordo yang membedakannya satu dengan yang lain, ordo-ordo tersebut adalah :
Ordo  Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat), Lepidoptera berasal dari kata lepidos yang berarti sisik dan ptera yang berarti sayap, jadi Lepidoptera adalah hama atau serangga yang memiliki sayap yang bersisik, contohnya kupu-kupu (Erionata trax). Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larva-kepompong-dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek  batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ortoptera berasal dari kata ortos yang berarti lurus dan ptera yang berarti sayap, jadi ortoptera adalah serangga yang yang memiliki sayap yang lurus, contohnya belalang (Valanga migricornis). Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur-nimfa-dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa (Periplaneta sp.), Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)
Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk), Diptera berasal dari kata Di yang berarti dua dan ptera yang berarti sayap, jadi diptera adalah serangga yang memiliki dua sayap, contohnya lalat buah (Bactrocera Sp). Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut  bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Ada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu : Bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larva-kepompong-dewasa. Larva tidak berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah (Dacus spp.), lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F), lalat rumah (Musca domesticaLinn.), lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).
Ordo Coleoptera (bangsa kumbang), Coleoptera berasal dari kata coleos yang berarti keras dan ptera yang berarti sayap, jadi coleopteran adalah serangga yang memiliki sayap yang keras, contohnya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larva-kepompong (pupa)-dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L), Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr), Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
Ordo Hemiptera (bangsa kepik / kepinding), Hemiptera berasal dari kata hemi yang berarti separuh dan ptera yang berarti sayap, jadi hemiptera adalah serangga yang memiliki sayap yang sebagian dari sayapnya mengeras, contohnya kepik penghisap (Riptortus linearis). Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur- nimfa-dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.), Kepik hijau (Nezara viridula L), Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)
Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya), Homoptera berasal dari kata homo yang berarti sama dan ptera yang berarti sayap, jadi homoptera adalah serangga yang memiliki sayap yang sama, contohnya tengkerek (Diceroprocta apachae). Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur- nimfa-dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.), Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.), Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

Metamorfosa sempurna (holometabola) : telur - larva - kepompong - dewasa.

Jika serangga tertentu tidak mengalami metamorfosa sempurna, berarti dia mengalami metamorfosa tidak sempurna. Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga bentuk: mulai dari telur, menjadi nimfa (serangga muda), kemudian dewasa. Dengan demikian metamorfosa tidak sempurna, tidak terdapat bentuk kepompong.

Contohnya adalah kepik dan capung. Telur menetas menjadi nimfa, kemudian melepaskan kulitnya beberapa kali bila sedang mengalami proses perkembangan. Pada saat melepas kulit terakhir, nimfa berubah menjadi serangga dewasa.


Bagian–bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap).
Tipe alat mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya.
Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin memanjang dan berbentuk stilet atau tidak ada. Beberapa tipe alat mulut serangga yaitu :
Tipe alat mulut menggigit mengunyah terdiri dari : Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut. Epifaring, berfungsi sebagai pengecap. Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan. Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea. Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut. Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa. Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera.
Tipe alat mulut mengunyah dan menghisap, Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga.
Tipe alat mulut menjilat mengisap. Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum.
Tipe Alat Mulut Mengisap. Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung.
Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap. Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah.

1.2              Tujuan
1.      Untuk mengetahui perbedaan keenam ordo serangga hama tersebut.
2.      Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tumbuh serangga (kepala dada sayap perut dan kaki) sehigga memudahkan mengklasifikasian / identifikasi keenam hama serangga tersebut.

II. BAHAN DAN METODE


2.1.            Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Ordo Seranga Hama) ini dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2013.

2.2.            Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah specimen serangga hama (ordo orthoptera, homoptera, hemiptera, Lepidoptera, dipetra, coloeptera) Belalang kayu  (Valanga nigricarnis), Walang sangit  (Leptocorisa acuta), Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Kutu daun (Aphis Sp), Lalat buah (Dacus Sp). Sedangkan alat yang digunakan adalah lup, alat gambar, dan alat tulis lainya.

2.3.            Cara Kerja
a.       Setiap praktikan agar memebuat hasil pengamatan dalam bentuk gamabar dari masing-masing ordo seranggga hama, yang di gambar adalah :
-          Bentuk serangga secara keseluruhan
-          Per masing-masing bagian, yaiitu sayap depan dan belakang , kepala (caput), dada (thorax), perut (abdoment), dan kaki
-          melakukan pengklisifikasian (genus, spesies, ordo dan familia)
b.      gambar hasil pengamatan(per kelompok) dibuat sebagai laporan sementara yang ditanda tangani oleh asiasten.




3.2.1        Belalang kayu ( Valanga nigricornis )
Belalang kayu ( Valanga nigricornis ) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Order : Orthoptera, Family : Acridoidea, Genus    : Valanga, Specific name : nigricornis –, Scientific name : - Valanga nigricornis...2
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram. Organ reproduksi belalang jantan disebut dengan nama aedeagus. proses transfer spermatophore Selama proses reproduksi, belalang jantan akan memasukkan spermatophore (satu paket berisi sperma) ke dalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles. ilustrasi belalang bertelur. Setelah telur dibuahi, belalang betina akan menanamkan telur sekitar 1-2 inci di dalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Belalang betina akan bertelur setiap interval 3-4 hari hingga semua telur dikeluarkan. Belalang betina dapat meletakkan hingga ratusan butir selama masa bertelur. Selain di dalam tanah, belalang juga dapat meletakkan telur mereka pada tanaman (batang, daun, atau bunga). Telur belalang akan tetap tersimpan di dalam tanah hingga berbulan-bulan lamanya dan akan menetas saat musim panas. Induk belalang tidak mengurus anak mereka setelah menetas. Nimfa belalang, Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Belalang ganti kulit, Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Pengendalian : Secara mekanis, Telur belalang didalam tanah diambil, demikian juga nimfa yang ada diberikan kepada ayam. Secara biologis, Pengendalian secara biologis dilakukan dengan merawat kumbang endol yang lawanya sebagai parasite telur belalang. Kultur teknis, Pengendalian dengan kultur teknis adalah dengan pengaturan pada penanganan.


3.2.2        Walang sangit (Leptocorisa acuta)

Walang sangit (Leptocorisa acuta) memiliki klasifikasi : Kingdom   :Animalia, Phylum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Hemiptera, Famili : Alydidae, Genus : Leptocorixa, Spesies : Acuta, Author          : Thunberg.
Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penyebaran hama ini cukup luas. Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa  serangan satu ekor walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27%. Kwalitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration. Sehingga serangan walang sangit disamping secara langsung menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menurunkan kwalitas gabah. Tanaman inang alternatif hama walang sangit adalah tanaman rumput-rumputan antara lain: Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria; Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp; dan Pennisetum typhoideum. Dewasa walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman. Pada tanaman padi daun bendera lebih disukai. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari. Nimpa setelah menetas bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak susu, bulir yang sudah keras tidak disukai. Nimpa ini aktif bergerak untuk mencari bulir baru yang cocok sebagai makanannya. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari. Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit. Di alam hama walang sangit diketahui diserang oleh dua jenis parasitoid telur yaitu Gryon nixoni Mesner dan O. malayensis Ferr. Parasitasi kedua parasitoid ini di lapangan dibawah 50%. Pengamatan yang dilakukan pada tahun 1997 dan 2000 pada beberapa daerah di Jawa Barat menunjukkan parasitoid G. nixoni lebih dominan dibandingkan dengan parasitoid O. malayensis. Parasitoid O. malayensis hanya ditemukan pada daerah pertanaman padi di daerah agak pegunungan dimana disamping pertanaman padi banyak ditanaman palawija seperti kedelai atau kacang panjang O. malayensis selain menyerang telur walang sangit juga menyerang telur hama Riptortus linearis dan Nezara viridula yang merupakan hama utama tanaman kedelai. Berbagai jenis laba-laba dan jenis belalang famili Gryllidae dan Tettigonidae menjadi predator hama walang sangit. Jamur Beauveria sp juga merupakan musuh alami walang sangit. Jamur ini menyerang stadia nimpa dan dewasa.
Pengendalian, Pengendalian secara kultur teknik Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Maka dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan. Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya.


3.2.3        Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
            Http://old.kaskus.co.is
Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, Famili : Scarabaeidae, Genus : Oryctes, Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. Telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur. Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon. Imago kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala. Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin. Tanaman Inang yang diserang oleh O. Rhinocheros adalah kelapa biasa, kelapa sawit, Royal palm (Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia).
Cara pengendalian. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.

3.2.4        Kutu daun (Aphis Sp)

Kutu daun (Aphis Sp) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Hemiptera, Subordo : Sternorrhyncha, Superfamili : Aphidoidea, Famili : Aphididae.
Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC. Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. Perbedaan antara T. citricidus dan T. aurantii terlihat pada pembuluh sayap bagian depan, dimana pada T. aurantii tidak bercabang, sedangkan pada T. citricidus bercabang.  Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam berkembang biak, yaitu dengan melahirkan anaknya, dan termasuk serangga yang vivipar partenogenesis atau baik jantan maupun betinanya melahirkan anak, demikian juga imago kutu daun dapat bersayap maupun tidak bersayap. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tanaman, tetapi perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. Pada saat tanaman sedang bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai optimum. Hama  ini terdapat  di  Indonesia, China,  dan  negara-negara  penghasil jeruk.
Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Hal ini terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap cairan sel tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya. Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat.  Pada bagian tanaman ­di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan serangga ini.
Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.


3.2.5        Lalat buah  (Dacus Sp)
Sumber : http://uneardepooh.blogspot.com
Lalat buah  (Dacus Sp) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia Phyllum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Diptera, Famili : Drosophilidae, Genus : Drosophila, Spesies : Drosophila melanogaster
            Morfologi  dari hama lalat buah (Dacus sp.) yaitu terdiri dari, caput, antenna, tungkai depan, tungkai belakang, mulut, sayap, thorax, dan abdomen. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan (Anonim, 2009).
Cara Pengendalian Lalat buah ( Dacus Sp ) dapt dilakukan secara manual yaitu dengan cara mengunakan perangkap lem kuning untuk mencegah dan mengurangi serangan lalat buah. Gunakan perangkap metyl eugenol untuk menangkap lalat jantan. Tapi ingat jangan meletakkan perangkap dalam tengah lokasi pertanaman, sebaikknya di pinggir saja agar lalat tidak terkumpul ditengah pertanaman. Pembungkusan buah dengan menggunakan kertas, daun pisang, anyaman daun kelapa, karung, duk, atau plastik pada tanaman buah-buahan dan paria. Lakukan pembungkusan sebelum buah terserang atau sedini mungkin setelah pentil buah terbentu.



3.2.6        Ulat Daun
Sumbe : http://www.granadanatural.com
                 Ulat Daun memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Lepidoptera, Famili : Hesperiidae
Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari. Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh. Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin. Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin.Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis).
Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.
Pengendalian dengan cara mekanis : Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan. Cara biologi : Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang. Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.


IV PENUTUP


4.1.            Kesimpulan
Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).
Hama dari jenis serangga memiliki enam ordo yang membedakannya satu dengan yang lain, ordo-ordo tersebut adalah : Ordo  Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat), Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk), Ordo Coleoptera (bangsa kumbang), Ordo Hemiptera (bangsa kepik / kepinding), Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya),



DAFTAR FUSTAKA


Arie, Arifin. 1994. Pelindung Tanaman, Hama, Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional
Karsapoetra, A.G. 1990. Pengendalian Hama Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Yogyakarta
Matnawy, 2001. Hama Pada Tanaman Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta
Prabowo.T, 2002. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta
Triharso. 2004. i. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.