I.
PENDAHULUAN
1.1.
Dasar Teori
Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar
yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat
dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari
Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili
(suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).
Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman
adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang
belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain - lain). Dalam uraian
berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar
anggota filum tersebut.
Filum Aschelminthes, Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal
berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda.
Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di
antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda
predator (pemangsa). Secara umum ciri - ciri anggota klas Nematoda tersebut
antara lain adalah : Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas). Bilateral simetris
(setungkup) dan tidak memiliki alat gerak. Tubuh terbungkus oleh kutikula dan
bersifat transparan. Beberapa contoh dari nematoda parasit ini antara lain
adalah : Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada
tanaman tomat, lombok, tembakau dan lain - lain. Hirrschmanieella oryzae
(vBrdH) pada akar tanaman padi sawah. Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar
tanaman kopi.
Filum Mollusca, Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai
hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina
fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang
tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang
keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing
ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut
yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada
bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di
bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.
Filum Chordata, Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama
tanaman adalah dari klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua
binatang anggota klas Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa
jenis (spesies) saja yang benar - benar merupakan hama tanaman. Jenis - jenis
tersebut antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang
(Carnivora), musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo
rodentina).
Filum Arthropoda, Merupakan filum terbesar di antara filum - filum yang
lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatanag yang telah dikenal
merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis
hama tanaman juga termasuk dalam Filum Arthropoda.
Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai
hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda
(serangga).
Hama
dari jenis serangga memiliki enam ordo yang membedakannya satu dengan yang
lain, ordo-ordo tersebut adalah :
Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat), Lepidoptera berasal dari
kata lepidos yang berarti sisik dan ptera yang berarti sayap, jadi Lepidoptera
adalah hama atau serangga yang memiliki sayap yang bersisik, contohnya
kupu-kupu (Erionata trax). Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat)
saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang
predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang
berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe
pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat
mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula
biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose
bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larva-kepompong-dewasa.
Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang
pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas
Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera
litura)
Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ortoptera
berasal dari kata ortos yang berarti lurus dan ptera yang berarti sayap, jadi
ortoptera adalah serangga yang yang memiliki sayap yang lurus, contohnya
belalang (Valanga migricornis). Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan
tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada
serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap
depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras
dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang
teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata
facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang
sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama
abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum
yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen
maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen
terakhir abdomen). Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki
bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing
terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia
yaitu telur-nimfa-dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan
pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga
anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa (Periplaneta sp.), Belalang
sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)
Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk), Diptera
berasal dari kata Di yang berarti dua dan ptera yang berarti sayap, jadi
diptera adalah serangga yang memiliki dua sayap, contohnya lalat buah (Bactrocera Sp). Serangga anggota ordo Diptera meliputi
serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga
dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang
mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada
kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi
umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Ada
tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu : Bagian
pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang berbentuk
silindris disebut haustellum, bagian ujung yang berupa spon disebut labellum
atau oral disc. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur-larva-kepompong-dewasa. Larva tidak berkaki (apoda_
biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang
bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah (Dacus spp.), lalat predator
pada Aphis (Asarcina aegrota F), lalat rumah (Musca domesticaLinn.), lalat
parasitoid (Diatraeophaga striatalis).
Ordo Coleoptera (bangsa kumbang), Coleoptera
berasal dari kata coleos yang berarti keras dan ptera yang berarti sayap, jadi
coleopteran adalah serangga yang memiliki sayap yang keras, contohnya kumbang
tanduk (Oryctes rhinoceros). Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai
hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra
seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian
dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah
sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae
alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia
: telur-larva-kepompong (pupa)-dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki
thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda).
Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe
bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak (Oryctes
rhinoceros L), Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr), Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
Ordo Hemiptera (bangsa kepik / kepinding), Hemiptera
berasal dari kata hemi yang berarti separuh dan ptera yang berarti sayap, jadi
hemiptera adalah serangga yang memiliki sayap yang sebagian dari sayapnya
mengeras, contohnya kepik penghisap
(Riptortus linearis). Ordo
ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya
bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di
antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap).
Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung
membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus
dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai
adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap
yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan
pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian
anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang
membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran
makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang
dalam perkembangannya melalui stadia : telur- nimfa-dewasa. Bnetuk nimfa
memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang sangit
(Leptorixa oratorius Thumb.), Kepik hijau (Nezara viridula L), Bapak pucung
(Dysdercus cingulatus F)
Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya),
Homoptera
berasal dari kata homo yang berarti sama dan ptera yang berarti sayap, jadi
homoptera adalah serangga yang memiliki sayap yang sama, contohnya tengkerek (Diceroprocta apachae). Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi
yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain
terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap
depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua
atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga
bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala.
Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota
Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui
stadia : telur- nimfa-dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak
sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok
wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.),
Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.), Kutu loncat lamtoro
(Heteropsylla sp.).
Tipe-Tipe
Perkembangan Hidup Serangga. Selama hidupnya, serangga
berubah bentuk beberapa kali. Perubahan ini disebut metamorfosa. Ada dua macam
metamorfosa, yakni metamorfosa sempurna dan tidak sempurna. Beberapa jenis
serangga mengalami metamorfosa sempurna. Metamorfosa ini mempunyai empat
bentuk: mulai dari telur, menjadi larva (= ulat = tempayak = lundi), kemudian
kepompong, baru dewasa. Contohnya adalah ngengat: telur menetas menjadi ulat.
Ulat berganti kulit beberapa kali, kemudian membuat kepompong. Setelah beberapa
waktu, ngengat dewasa keluar dari kepompong. Hanya dewasa yang dapat terbang
dan kawin. Contoh lain adalah kumbang kubah serangga yang mengalami metamorfosa
sempurna mungkin tergolong hama (seperti penggerek buah kopi) atau mungkin
tergolong musuh alami (seperti semut rangrang).
Metamorfosa sempurna (holometabola) : telur - larva - kepompong - dewasa.
Jika serangga tertentu tidak mengalami metamorfosa sempurna, berarti dia mengalami metamorfosa tidak sempurna. Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga bentuk: mulai dari telur, menjadi nimfa (serangga muda), kemudian dewasa. Dengan demikian metamorfosa tidak sempurna, tidak terdapat bentuk kepompong.
Contohnya adalah kepik dan capung. Telur menetas menjadi nimfa, kemudian melepaskan kulitnya beberapa kali bila sedang mengalami proses perkembangan. Pada saat melepas kulit terakhir, nimfa berubah menjadi serangga dewasa.
Bagian–bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe
umum, mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap).
Tipe alat mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu
dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah
makanannya.
Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti
probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap.
Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin memanjang dan berbentuk stilet
atau tidak ada. Beberapa tipe alat mulut serangga yaitu :
Tipe alat mulut menggigit mengunyah terdiri
dari : Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut.
Epifaring, berfungsi sebagai pengecap. Mandibel, berfungsi untuk mengunyah,
memotong, atau melunakkan makanan. Maksila, merupakan alat bantu untuk
mengambil makanan. Maxila memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia,
dan galea. Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut.
Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau
membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan
ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa. Contoh
serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera,
Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera.
Tipe alat mulut mengunyah dan menghisap, Tipe
alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana
(Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan
mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan
labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan bagian dari labium yang
berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut
flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar
yang ada di dalam bunga.
Tipe alat mulut menjilat mengisap. Tipe alat
mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala
terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas
pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari
labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum.
Tipe Alat Mulut Mengisap. Tipe alat mulut ini
biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan
tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya
berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat
dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam
tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea
menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung.
Tipe
Alat Mulut Menusuk Mengisap. Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap,
misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah
labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat
runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman.
Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu
perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah.
1.2
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui perbedaan keenam ordo serangga hama tersebut.
2.
Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan
masing-masing bagian tumbuh serangga (kepala dada sayap perut dan kaki) sehigga
memudahkan mengklasifikasian / identifikasi keenam hama serangga tersebut.
II. BAHAN DAN METODE
2.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Ordo Seranga Hama) ini
dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2013.
2.2.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah specimen serangga
hama (ordo orthoptera, homoptera, hemiptera, Lepidoptera, dipetra, coloeptera) Belalang kayu
(Valanga nigricarnis), Walang
sangit (Leptocorisa acuta), Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Kutu daun (Aphis
Sp), Lalat buah (Dacus Sp).
Sedangkan alat yang digunakan adalah lup, alat gambar, dan alat tulis lainya.
2.3.
Cara Kerja
a.
Setiap praktikan agar memebuat hasil pengamatan
dalam bentuk gamabar dari masing-masing ordo seranggga hama, yang di gambar
adalah :
-
Bentuk serangga secara keseluruhan
-
Per masing-masing bagian, yaiitu sayap depan dan
belakang , kepala (caput), dada (thorax), perut (abdoment), dan kaki
-
melakukan pengklisifikasian (genus, spesies, ordo
dan familia)
b.
gambar hasil pengamatan(per kelompok) dibuat sebagai
laporan sementara yang ditanda tangani oleh asiasten.
3.2.1
Belalang
kayu ( Valanga nigricornis )
|
|
http://belalang-goreng.blogspot.com
|
Belalang kayu ( Valanga nigricornis ) memiliki klasifikasi : Kingdom :
Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Order : Orthoptera, Family : Acridoidea, Genus : Valanga, Specific name : nigricornis –,
Scientific name : - Valanga nigricornis...2
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax)
dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang
sayap, dan 2 antena. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar.
Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen
dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari
beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara,
secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang punya 5 mata
(2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan
berkerangka luar (exoskeleton). Belalang betina dewasa berukuran lebih besar
daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63
mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram. Organ reproduksi belalang jantan
disebut dengan nama aedeagus. proses transfer spermatophore Selama proses reproduksi,
belalang jantan akan memasukkan spermatophore (satu paket berisi sperma) ke
dalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur melalui saluran
halus yang disebut micropyles. ilustrasi belalang bertelur. Setelah telur
dibuahi, belalang betina akan menanamkan telur sekitar 1-2 inci di dalam tanah
menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Belalang betina akan bertelur
setiap interval 3-4 hari hingga semua telur dikeluarkan. Belalang betina dapat
meletakkan hingga ratusan butir selama masa bertelur. Selain di dalam tanah,
belalang juga dapat meletakkan telur mereka pada tanaman (batang, daun, atau
bunga). Telur belalang akan tetap tersimpan di dalam tanah hingga
berbulan-bulan lamanya dan akan menetas saat musim panas. Induk belalang tidak
mengurus anak mereka setelah menetas. Nimfa belalang, Telur belalang menetas
menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ
reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun
setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul.
Belalang ganti kulit, Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami
ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa
dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah
25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk
menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3
minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur
mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1
bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka
selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas,
daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Pengendalian : Secara mekanis, Telur belalang didalam tanah diambil,
demikian juga nimfa yang ada diberikan kepada ayam. Secara biologis,
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan merawat kumbang endol yang
lawanya sebagai parasite telur belalang. Kultur teknis, Pengendalian dengan
kultur teknis adalah dengan pengaturan pada penanganan.
3.2.2
Walang sangit (Leptocorisa
acuta)
|
|
|
Walang sangit (Leptocorisa acuta) memiliki
klasifikasi : Kingdom :Animalia,
Phylum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Hemiptera, Famili : Alydidae,
Genus : Leptocorixa, Spesies : Acuta, Author :
Thunberg.
Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang tanaman padi
setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi
menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penyebaran hama ini cukup luas.
Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu
tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai
50%. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil
sampai 25%. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9
rumpun padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi
walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan satu ekor walang sangit per malai
dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27%. Kwalitas gabah (beras) sangat
dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya menyebabkan meningkatnya Grain
dis-coloration. Sehingga serangan walang sangit disamping secara langsung
menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menurunkan kwalitas gabah.
Tanaman inang alternatif hama walang sangit adalah tanaman rumput-rumputan
antara lain: Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria; Eleusine
coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp; dan Pennisetum
typhoideum. Dewasa walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman.
Pada tanaman padi daun bendera lebih disukai. Telur berbentuk oval dan pipih
berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak
12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per
induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan
nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari, sehingga
lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari. Nimpa setelah menetas
bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak susu, bulir yang
sudah keras tidak disukai. Nimpa ini aktif bergerak untuk mencari bulir baru
yang cocok sebagai makanannya. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang
panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif
terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi
pada sore atau malam hari. Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman
padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung
pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi
berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak
satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam
satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval
tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah
generasi perkembangan hama walang sangit. Di alam hama walang sangit diketahui
diserang oleh dua jenis parasitoid telur yaitu Gryon nixoni Mesner dan O.
malayensis Ferr. Parasitasi kedua parasitoid ini di lapangan dibawah 50%.
Pengamatan yang dilakukan pada tahun 1997 dan 2000 pada beberapa daerah di Jawa
Barat menunjukkan parasitoid G. nixoni lebih dominan dibandingkan dengan
parasitoid O. malayensis. Parasitoid O. malayensis hanya ditemukan pada daerah
pertanaman padi di daerah agak pegunungan dimana disamping pertanaman padi
banyak ditanaman palawija seperti kedelai atau kacang panjang O. malayensis
selain menyerang telur walang sangit juga menyerang telur hama Riptortus
linearis dan Nezara viridula yang merupakan hama utama tanaman kedelai.
Berbagai jenis laba-laba dan jenis belalang famili Gryllidae dan Tettigonidae
menjadi predator hama walang sangit. Jamur Beauveria sp juga merupakan musuh
alami walang sangit. Jamur ini menyerang stadia nimpa dan dewasa.
Pengendalian, Pengendalian secara kultur
teknik Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang
sangit. Maka dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5
bulan. Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat
digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang
sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan
sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya.
3.2.3
Kumbang kelapa (Oryctes
rhinoceros)
|
|
Http://old.kaskus.co.is
|
Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia,
Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, Famili : Scarabaeidae,
Genus : Oryctes, Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan
imago. Telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian
bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga
betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang
melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor
serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur. Larva
yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan,
warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran
panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang
lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu
pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Ukuran pupa
lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan
dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning.
Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan
bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan
bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon. Imago kumbang
ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian
punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat
cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala. Kumbang dewasa
meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian
menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun
muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila
sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin. Tanaman Inang
yang diserang oleh O. Rhinocheros adalah kelapa biasa, kelapa sawit, Royal palm
(Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha
umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia).
Cara pengendalian. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis,
meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu :
terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat,
tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas
seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu. Pengendalian
mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma
atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta
membunuh langsung serangga yang di-temukan. Pengendalian biologi, dengan
memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp.,
Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
3.2.4
Kutu daun (Aphis
Sp)
|
|
|
Kutu daun (Aphis Sp) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas :
Insecta, Ordo : Hemiptera, Subordo : Sternorrhyncha, Superfamili : Aphidoidea,
Famili : Aphididae.
Secara
umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti
buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu
generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar
25oC, dan 21 hari pada 15oC. Di antara semua kutu daun
yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan yang terpenting. Karena kutu
tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza yang paling
efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa.
Perbedaan antara T. citricidus dan T. aurantii terlihat pada pembuluh sayap
bagian depan, dimana pada T. aurantii tidak bercabang, sedangkan pada T.
citricidus bercabang. Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam
berkembang biak, yaitu dengan melahirkan anaknya, dan termasuk serangga yang
vivipar partenogenesis atau baik jantan maupun betinanya melahirkan anak,
demikian juga imago kutu daun dapat bersayap maupun tidak bersayap. Kutu daun
tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada tanaman, tetapi perannya sebagai
vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena virus ini menyebabkan
kerugian ekonomis yang tinggi. Pada saat tanaman sedang bertunas,
perkembangbiakan kutu mencapai optimum. Hama ini terdapat di
Indonesia, China, dan negara-negara penghasil jeruk.
Kerusakan
karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya
tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Hal ini terjadi
karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap cairan sel tanaman,
sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya. Daun
berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman di
sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu
Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun
madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga
menyukai sekresi yang dihasilkan serangga ini.
Pengendalian
secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada
budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah
hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan,
dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang
ada setiap 2 minggu. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan
membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa
jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang
di-temukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari
famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae,
Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
3.2.5
Lalat buah (Dacus Sp)
|
|
http://ulysitompul.blogspot.com
|
Sumber
: http://uneardepooh.blogspot.com
|
Lalat buah
(Dacus Sp) memiliki klasifikasi : Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Diptera, Famili : Drosophilidae,
Genus : Drosophila, Spesies : Drosophila
melanogaster
Morfologi dari hama lalat buah (Dacus sp.) yaitu
terdiri dari, caput, antenna, tungkai depan, tungkai belakang, mulut, sayap,
thorax, dan abdomen. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai buah,
permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan (Anonim, 2009).
Cara Pengendalian Lalat buah ( Dacus Sp )
dapt dilakukan secara manual yaitu dengan cara mengunakan perangkap lem kuning
untuk mencegah dan mengurangi serangan lalat buah. Gunakan perangkap metyl
eugenol untuk menangkap lalat jantan. Tapi ingat jangan meletakkan perangkap
dalam tengah lokasi pertanaman, sebaikknya di pinggir saja agar lalat tidak
terkumpul ditengah pertanaman. Pembungkusan buah dengan menggunakan kertas,
daun pisang, anyaman daun kelapa, karung, duk, atau plastik pada tanaman
buah-buahan dan paria. Lakukan pembungkusan sebelum buah terserang atau sedini
mungkin setelah pentil buah terbentu.
3.2.6
Ulat
Daun
|
|
Sumbe : http://www.granadanatural.com
|
Ulat Daun memiliki
klasifikasi : Kingdom : Animalia, Filum :
Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Lepidoptera, Famili : Hesperiidae
Kupu-kupu
mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada
waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari. Telur diletakkan
berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh. Ulat yang
masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan
ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.
Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi
lilin.Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis).
Daun
yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila
dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun
secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan
tersebut ulat akan memakan daun. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah
habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih
besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun
yang penuh dengan gulungan daun.
Pengendalian dengan cara
mekanis : Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di
dalamnya dimusnahkan. Cara biologi : Pemanfaatan predator seperti burung gagak
dan kutilang. Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr),
parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa
(tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp.,
Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.
IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar
yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat
dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang lebih kecil yang disebut Klas.
Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili
(suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).
Hama dari jenis serangga
memiliki enam ordo yang membedakannya satu dengan yang lain, ordo-ordo tersebut
adalah : Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat), Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ordo
Diptera (bangsa lalat, nyamuk), Ordo Coleoptera (bangsa kumbang), Ordo
Hemiptera (bangsa kepik / kepinding), Ordo Homoptera (wereng, kutu dan
sebagainya),
DAFTAR
FUSTAKA
Arie, Arifin. 1994. Pelindung Tanaman, Hama, Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha
Nasional
Karsapoetra, A.G.
1990. Pengendalian Hama Pangan dan
Perkebunan. Bumi Aksara, Yogyakarta
Matnawy,
2001. Hama Pada Tanaman Perkebunan.
Kanisius, Yogyakarta
Prabowo.T, 2002. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta
Triharso. 2004. i. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Prabowo.T, 2002. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta
Triharso. 2004. i. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.