I.
PENDAHULUAN
1.1
Dasar
Teori
Secara
umum populasi organisme di alam berada dalam keadaan seimbang pada jenjang
populasi tertentu. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor
dalam populasi sendiri, yang mengendalikan populasi tersebut. Salah satu
kelompok faktor lingkungan itu adalah musuh alami yang mencakup parasitoid,
predator, dan pathogen.
Serangga,
selain bersifat sebagai hama,banyak pula yang bersifat sebagai predator atau
parasitoid. Selain tipe alat mulut yang khas, predator biasanya mempunyai
ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya dan membutuhkan lebih dari seekor
mangsa selama hidupnya. Mangsa biasanya lebih kecil , lebih lemah atau kurang
lincah. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa
saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Seranggga
predator banyak berasal dari ordo coleopteran disusul oleh ordo odonata dan
hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C.
repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis.
Secara
umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang pada
serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat
menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil
daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan
satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang
dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan
inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo
hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam
berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur,
larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera)
adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi.
Pemangsa dari kelompok
arthropoda terdiri atas sejumlah besar jenis serangga, ditambah dengan
laba-laba dan tungau pemangsa. Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 200.000
jenis pemangsa arthropoda, termasuk berbagai jenis laba-laba dan tungau
pemangsa. Serangga pemangsa terdiri atas lebih dari 16 bangsa dan kurang lebih
2000 suku. Karakteristik umum serangga pemangsa: mengkonsumsi banyak individu
mangsa selama hidupnya, umumnya berukuran sebesar atau relatif lebih besar
daripada mangsanya, menjadi pemangsa ketika sebagai larva/nimfa, dewasa (jantan
dan betina), atau keduanya, pemangsa menyerang mangsa dari semua tahap
perkembangan, biasanya hidup bebas dan selalu bergerak, mangsa biasanya dimakan
langsung, biasanya bersifat generalis, sering kali memiliki cara khusus untuk
menangkap dan menaklukkan mangsanya. Beberapa bangsa serangga yang penting
sebagai pemangsa dalam pengendalian alami dan hayati, antara lain adalah
Coleoptera, Hemiptera, Neuroptera, dan Diptera. Kelompok pemangsa penting yang
bukan serangga adalah laba-laba dan tungau pemangsa. (Basukriadi, 2011)
Ada
tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky
(semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky
(keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk
jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan
jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya
berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Sebagian besar parasitoid
ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera
(lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta
kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa
Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid
yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat. Dari bangsa Diptera
hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan
hayati hama pertanian dan kehutanan. Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa
Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari
supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting
dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap
sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati
adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan
Aphelinidae. Parasitoid dianggap lebih baik dari pada pemangsa sebagai agen
pengendali hayati. (Basukriadi, 2011).
Serangga berkembang
dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga betina. Kemampuan
reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya sangat besar. Oleh karena
itu, dapat dimengerti mengapa serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan
serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga
keluar (manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik. . Rata-rata
dari serangga predator memiliki perkembangan Metamorfosis tidak sempurna dan
metamorfosis sempurn, metemorfosis tidak sempurna (Hemimetabola) hemimetabola
memiliki cara hidup yang hampir sama dengan paurometabola, hanya habitat dari
serangga pradewasanya berbeda dengan imagonya. Stadia dalam perkembangan
hidupnya terdiri dari telur, naiad, dan imago. Serangga pradewasa disebut
dengan istilah naiad. Naiad hidup diair, dan mempunyai alat bernafas semacam
insang sedangkan habitat imago habitatnya di darat atau di udara. Serangga yang
memiliki perkembangan hemimetabola adalah ordo Odonata (Capung) (Reo, 2009).
Metamorfosis Sempurna
(Holometabola) : pada tipe ini serangga memiliki empat stadia selama siklus
hidupnya, yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago. Serangga
pradewasa disebut larva, dan memiliki habitat yang berbeda dengan imagonya.
Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk
peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali
alat-alat tubuh bagian dalam dan luar (Hidayat, 2007).
Siklus hidupnya berada
di dalam atau menempel pada inang. Umumnya parsit merusak tubuh inang selama
peerkembangannya. Beberapa jenis parasit dari anggota tabuhan (Hymenoptera),
meletakkan telurnya didalam tubuh inang dan setelah dewasa serangga ini akan
meninggalkan inang dan mencari inang baru untuk meletakkan telurnya (Reo,
2009).
Untuk serangga parasit
tipe perkembangannya adalah Metamorfosis bertahap (Paurometabola) : serangga
yang mengalami perubahan bentuk secara paurometabola selama siklus hidupnya
mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa dan imago.
Serangga pradewasa disebut nimfa. Nimfa dan imago memiliki tipe alat mulut dan
jenis makanan yang sama, bentuk nimfa menyerupai induknya hanya ukurannya lebih
kecil, belum bersayap, dan belum memiliki alat kelamin. Serangga pradewasa
mengalami beberapa kali pergantian kulit, diikuti pertumbuhan tubuh dansayap
secara bertahap (Hidayat, 2007).
1.2.
Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan
lebih jelas antara serangga parasit dan peredator (dlm hal habitat, jumlah
inang/magsa, keaktifan dan ukuran tubuh) sehingga memudahkan indentifikasi
II.
BAHAN DAN METODE
2.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Ordo Seranga Predator dan Serangga Parasit) ini
dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 13 April 2013.
2.2.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah specimen serangga predator dengan mangsanya,
serangga parasit dengan inangnya. Belalang sembah
(Himenopus coronotus L.), Lalat buas (Lepitogaster miegan), Kumbang lembing
(Monochillus sexmaculata), Parasit pinggang ramping (Xanthopimpla sp), Capung
jarum (Agriochemis pygmaea). Sedangkan
alat yang digunakan adalah lup, alat gambar, dan alat tulis lainya.
2.3.
Cara Kerja
Setiap Praktikan
membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar, yaitu : a. Bentuk serangga
secara utuh; b. Masing-masing bagian (sayap depan dan belakang, kepala (caput),
dada (thorax), perut (abdomen) dan kaki.; c. Melakukan pengklasifikasian
(spesies, genus, ordo, dan familia) serta biologi serangga tersebut (telur-larva-pupa-imago
atau telur-nimfa-imago) pada serangga predator dengan mangsanya, sserangga parasit
dengan inangnya.; d. Membuat resume singkat yang menyangkut perbedan serangga
parasit dan predator tersebut (habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan dan ukuran
tubuh) dan cantumkan dalam laporan.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
pengamatan
No
|
Nama Serangga
|
Ordo
|
Tipe Perkembangan
|
Tipe
Mulut
|
Golongan
Serangga
|
Manggsa
/ Inang
|
1
|
Belalang
sembah (Himenopus coronotus L.)
|
Ortophtera
|
Paurometabola
|
Menggigit–
mengunyah
|
predator
|
Walang
sangit/bulir padi
|
2
|
Lalat
buas (Lepitogaster miegan)
|
Diptera
|
Holometabola
|
Menggigit
|
Predator
|
|
3
|
Kumbang
lembing (Monochillus sexmaculata)
|
Coleoptera
|
Holometabola
|
Menggigit–
mengunyah
|
Predator
|
Kutu
loncat/padi
|
4
|
Parasit
pinggang ramping (Xanthopimpla sp)
|
Hymenoptra
|
Holometabola
|
Menusuk–
menghisap
|
Parasit
|
|
5
|
Capung
jarum (Agriochemis pygmaea)
|
Odonata
|
Paurometabola
|
Menggigit-
mengunyah
|
Predator
|
Kuku
daun kelap
|
3.2.
Pembahasan
3.2.1.
Belalang
sembah (Himenopus coronotus L.)
Klasifikasi dari belalang sembah adalah sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Mantodea
Famili: Mantidae
Genus: Himenopus
Spesies: Himenopus coronatus L.
Belalang sembah mudah dikenal karena kaki depannya
dibentuk khusus untuk menangkap dan memegang mangsa. Kepalanya bisa bergerak
dengan bebas, sehingga serangga ini adalah satu-satunya yang mampu menoleh
kebelakang. Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama
teh seperti Helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu sampaimangsa cukup
dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua kaki
depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya. Telur
belalang sembah diletakkan pada ranting atau bagian tanaman yang lainnya.
Biasanya telur ditutup dengan biuh berukuran cukup besar. Buih tersebur
kemudian mengeras dan nimfa akan muncul dengan jumlah puluhan hingga ratusan,
tetapi perkembanganya lambat. Nimfa binatang tersebut bergerak, bersikap
menyembah dan juga menangkap mangsanya dengan cepat. Sementara itu, belalang
dewasa biasanya tidak bergerak, tetapi dengan sabar sambil menyembah menunggu
mangsanya. Belalang betina biasanya akan memakan yang jantan sesudah perkawinan.
Ciri-ciri yang dimiliki belalang sembah adalah memiliki 3 pasang kaki. Dua
pasang kali belakang digunakan untuk berjalan sedangkan sepasang kaki depan
berguna untuk menangkap mangsa. Kaki depannya sangat kuat dan berukuran paling
besar dengan sisi bagian dalamnya berduri tajam yang berguna untuk mencengkeram
mangsanya. Belalang sentadu adalah salah satu dari segelintir serangga yang
dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat. Belalang sembah adalah serangka
pemangsa tingkat tinggi dan merupakan serangga karnivora yang makan segala
macam serangga dan terkadang bersifat kanibal. Mereka biasanya diam dan
menunggu korban mereka dengan tungkai-tungkai depan dengan posisi yang diangkat
ke atas. Serangga ini mempunyaicara kamuflase atau penyamaran yang baik, ada
yang mirip seperti daun, ranting, bunga dan sebagainya, sehingga tidak dikenali
oleh mahluk yang lainnya, termasuk mangsanya. Belalang sembah atau belalang
sentadu sangat selektif dalam memakan mangsanya. Seranga ini tidak memakan
semua bagian tubuh mangsanya dan seringkali menyisakan kaki, sayap dan beberapa
bagian tubuh lain yang tidak disukai.
Pelestariannya dengan tidak membunuh belalang sembah
jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan bersifat menguntungkan bagi
petanikarena membantu mengurangi populasi hama yang merugikan.
3.2.2.
Lalat
buas (Lepitogaster miegan)
Klasifikasi dari lalat buas adalah sebagai berikut:
kingdom: Animalia
Filum: Arthopoda
Klas: Insekta
Subklas: Pterygota
Ordo: Diptera
Famili: Asilidae
Genus: Leptogaster
Spesies: Leptogaster miegan.
Lalat buas adalah pemangsa hama yang efektif. Lalat
ini memakan banyak jenis serangga, dan dapat menangkap mangsa yang lebih besar
dari pada dia. Sebagian jenis lalat buas memangsa serangga yang terbang, dan
sebagian memangsa serangga yang hinggap di tanaman atau di permukaan tanah.
Lalat buas dapat juga menangkap kumbang penggerek buah kopi yang sedang terbang
dari buah kebuah lain pada siang hari. Daur hidup, lalat betina bertelur di
tanah, kayu busuk, kotoran binatang atau di tempat lain yang serupa. Telur
menetas, dan larva lalat memakan larva serangga lain atau makan daun/
kayu/ bahan lain yang busuk. Larva berubah menjadi pupa dalam kepompong.
Akhirnya dewasa keluar dari kepompong untuk kawin dan mencari mangsa. Jika diamati
perilaku lalat buas, dapat dilihat bahwa setiap individu mempunyai daerah yang
dijaga. Lalat buas memburu mangsa dalam daerah tersebut dan setelah dia terbang
sering kembali ke tempat yang sama. Muka lalat buas berjenggot, sering dengan
banyak bulu di antara mata dan disekitar mulut. Kakinya panjang dan kuat.
Lalat buas dapat petani lestarikan khususnya petani
kopi dikarenakanlalat buas memakan hama yang menyerang kopi. Hal ini membantu
para petanikopi untuk mengurangi biaya dalam pengendalian hama yang merugikan
dan menekan pertumbuhan dari hama penggerek buah kopi.
3.2.3.
Kumbang
lembing (Monochillus sexmaculata)
Klasifikasi
dari kumbang lembing adalah sebagai berikut:
Kingdom:
Animalia
Filum:
Arthopoda
Klas:
Insekta
Subklas:
Pterygota
Ordo:
Coloeptera
Famili:
Coccinellidae
Genus:
Monochillus
Spesies: Monochillus
sexmaculata.
Kumbang lembing/kepik melakukan perkawinan agar bisa
berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kepik yang memiliki corak warna berbeda,
namun tetap bisa melakukan perkawinan
dan berkembang biak secara normal karena masih berasal dari spesies
yang sama. Kepik betina dari jenis kepik karnivora
selanjutnya memilih tempat yang banyak dihuni oleh serangga makanannya agar
begitu menetas, larva itu mendapat persediaan makanan melimpah. Pada kepik
pemakan daun,
betina yang baru bertelur di suatu tanaman akan meninggalkan pola gigitan pada
daun agar tidak ada betina lain yang bertelur ditanaman yang sama. Di wilayah
empat musim, jika kepik betina tidak berhasil menemukan tanaman yang cocok
hingga menjelang musim dingin, maka kepik betina akan menunda pelepasan
telurnya hingga musim dingin usai. Kepik sebagai anggota dari ordo Coleoptera
(kumbang) mengalami metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong,
dan dewasa. Telur kepik berbentuk lonjong dan berwarna kuning. Telur-telur ini
biasanya menetas sekitar seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Larva kepik
umumnya memiliki penampilan bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki
enam. Larva ini hidup dengan makan sesuai makanan induknya dan ketika mereka
bertumbuh semakin besar, mereka melakukan pergantian kulit. Larva yang sudah
sampai hingga ukuran tertentu kemudian akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong
pada usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya
menempel pada benda-benda seperti daun
atau ranting dan berwarna kuning dan hitam. Kepik
dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah sekitar satu minggu. Sayap
depan kepik yang baru keluar masih rapuh dan berwarna kuning pucat sehingga ia
akan berdiam dirisejenak untuk mengeraskan sayapnya sebelum mulai berakivitas. Panjang
lembing ± 5-6 mm berwana merah dengan bercak-bercak hitam. Panjang larvanya
sekitas 8 mm. warna larvanya cokelat dengn beberapa bercak hitam, putih,
dan kuning. Kumbang lembing memiliki penampilan yang cukup khas sehingga mudah
dibedakan dari serangga lainnya. Tubuhnya berbentuk nyaris
bundar dengan sepasang sayap keras di punggungnya. Sayap keras di
punggungnya berwarna-warni, namun umumnya berwarna mencolok ditambah dengan
polase perti totol-totol. Sayap keras yang berwarna-warni itu sebenarnya adalah
sayap elitra atau sayap depannya. Sayap belakangnya berwarna transparan dan
biasanya dilipat di bawah sayap depan jika sedang tidak dipakai. Saat
terbang,ia mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara sayap depannya
yang kaku tidak bisa mengepak dan direntangkan untuk menambah daya angkat.
Sayap depannya yang keras juga bisa berfungsi seperti perisai
pelindung. Kumbang koksi memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat
membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantunya saat makan hewan-hewan
kecil seperti kutu daun. Di kakinya terdapat rambut-
rambut
halus berukuran mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan mikroskop) yang ujungnya
seperti sendok.
Rambut ini menghasilkan bahan berminyak yang lengket sehingga kepik bisa
berjalan dan menempel di tempat-tempat sulit seperti di kaca
atau di langit-langit. Selain memakan kutu daun, lembing juga dapat memakan
tungau pada singkong. Kadang juga lembing mendatangi bunga. Lembing betina
dapat bertelur sampai 3000 butir. Lamanya hidup sampai 60 hari.
Lembing ini dapat memakan aphis sebanyak 200 ekor
atau sekitar 400 butir telur setiap harinya. Oleh karena itu pada waktu
pengendalian hama denga pestisida jangan sampai jenis lembing predator ini
ikut terbunuh. (Pracaya, 2008).
3.2.4.
Parasit
pinggang ramping (Xanthopimpla sp)
Klasifikasi dari parasit pinggang ramping adalah
sebagai berikut:
Kingdom: Animalia,
Filum: Arthopoda,
Klas: Insekta,
Subklas: Pterygota,
Ordo: Hymenoptera,
Famili: Icheumanidae,
Genus: Xanthopimpla,
Spesies: Xanthopimpla sp.
Parasit pinggang ramping dan anggota Hymenoptera
lainnya memiliki tubuh yang mudah dikenali dibandingkan dengan kelasserangga
lainnya. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama: kepala, thorax,
dan abdomen
(beberapa literatur lain menyebutnya terdiri dari kepala, metasoma,dan mesosoma walaupun maksudnya sama). Ciri khas utama
dari anggota Hymenoptera - termasuk tawon - adalah adanya "pinggang"
berukuran ramping yang menghubungkan bagian dada dengan perutnya (kecuali pada
lalat gergaji famili Tenthrenidae) sehingga tubuhnya bisa menekuk dengan mudah.
Dikepala Parasit pinggang ramping terdapat sepasang mata majemuk, yaitu matayang terdiri dari kumpulan lensa mata
yang lebih kecil. Selain sepasang mata majemuk tadi, tawon juga memiliki 3 buah
oselus (mata sederhana) di puncak kepalanya. Oselus tidak digunakan untuk
melihat, melainkan untuk mendeteksi intensitas cahaya
di sekitarnya sehingga mereka bisa tahu kapan harus memulai dan mengakhiri
aktivitasnya. Parasit pinggang ramping juga memiliki sepasang rahang bawah (mandibula)
yang bisa digunakan untuk berbagai aktivitas seperti menjepit benda, mencabut
serat kayu, dan bahkan untuk membunuh serangga lain. Bagian lain yang terdapat
di kepala. Parasit pinggang ramping adalah sepasang antena
yang berbuku-buku untuk mendeteksi rangsangan kimia. Parasit pinggang ramping
sebagai anggota filum Arthropoda
tidak memiliki kerangka dalam, namun tubuhnya ditutupi oleh cangkang luar yang disebut eksoskeleton. Warna cangkang luarnya bervariasi di
mana pada tawon dari famili Vespidae, tubuhnya berwarna mencolok kuning dan
hitam sebagai peringatan bagi hewan
lain agar tidak mengganggunya bila tidak ingin disengat. Tubuh Parasit pinggang
ramping juga nyaris tidak diselubungi rambut
(kebalikan dari lebah yang tubuhnya diselubungi rambut
lebat). Semua tawon memiliki sayap (kecuali tawon betina dari family Mutillidae) berwarna transparan. Sayap ini
jumlahnya 2 pasang dan bergerak seirama di mana jika sayap depan naik, maka
sayap belakang juga ikut bergerak naik. Parasit pinggang ramping sangat pandai terbang
di udara karena saat terbang, ia bisa melakukan aneka manuver seperti terbang cepat, berputar di
angkasa, dan bahkan terbang mundur. Parasit pinggang ramping umumnya terbang
dengan melipat kaki. Parasit pinggang ramping anggota Hymenoptera
menjalani metamorfosis sempurna yang berarti mereka menjalani
4 tahap dalam pertumbuhannya: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Larva
Parasit pinggang ramping umumnya tidak memiliki mata, kaki, dan rahang untuk
mengunyah sehingga agar bisa makan, ia bergantung pada induknya yang menaruhnya
saat masih menjadi telur di dekat makanannya. Larva Parasit pinggang ramping
yang bertumbuh akan mengalami pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya
menjadi kepompong.
Kepompong Parasit pinggang ramping biasanya berbentuk mirip dengan Parasit
pinggang ramping dewasa, namun berwarna pucat. Parasit pinggang ramping yang
sudah menjalani fase kepompong kemudian akan menetas keluar dari kepompongnya,
lalu menunggu sejenak agar sayapnya kering sebelum bisa dipakai untuk
terbang. Parasit pinggang ramping merupakan salah satu serangga
yang sangat penting bagi ekosistem setempat. Parasit pinggang ramping
memburu hewan-hewan seperti ulat yang merusak tanaman untuk makanan larvanya
sehingga penting dalam mengendalikan populasi hewan-hewan hama di alam.
Parasit pinggang ramping sendiri pada gilirannya dimakan oleh pemangsa
seranggalain sehingga menciptakan suatu rantai makanan
yang berkesinambungan. Peran mereka dalam mengendalikan populasi hama
membuat beberapa jenis dari mereka diternakkan secara khusus untuk menjadi
pembasmi hama ramah lingkungan (bioinsektisida).
Parasit pinggang ramping dewasa juga berperandalam proses penyerbukan
bunga saat memakan nektar sehingga ikut membantu perkembangbiakan
tanaman yang bersangkutan. Tidak semua tawon membawa dampak positif bagi lingkungan
dan juga manusia.
Larva dari lalat gergaji famili Tenthredinidae memakan daun
sehingga merusak tanaman. Tawon juga dianggap merugikan
manusia ketika membuat sarang di sekitar pemukiman manusia karena
mereka sewaktu-waktu bisa menyengat manusia
dan hewan peliharaan bila merasa terganggu.
Pelestariannya dengan tidak membunuh parasit
pinggang ramping jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan bersifat
menguntungkan bagi petani karena membantu mengurangi populasi ulat atau wereng
yang merugikan. Karena Parasit pinggang ramping akan memakan ulat atau wereng
yang ada pada tanaman sebagai bahan makanannya.
3.2.5.
Capung
jarum (Agriochemis pygmaea)
Klasifikasi dari parasit pinggang ramping adalah sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia,
Filum: Arthopoda,
Klas: Insekta,
Subklas: Pterygota,
Ordo: Odonata,
Genus: Agriochemis,
Spesies: Agriochemis pygmaea.
Capung (subordo Anisoptera) relatif
mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya
bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke
samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada
beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen
yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak
menyatu di atas punggungnya. Capung jarum menyebar luas, di hutan-hutan,
kebun,
sawah,
sungai
dan danau,
hingga ke pekarangan
rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai
hingga ketinggian lebih dari 3.000 m. Beberapa jenisnya, umumnya jenis
capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa
jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang
sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh.
Siklus hidup capung, dari telur
hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam
atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan
yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula
jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva)
capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis
menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian
besarsiklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan
air,dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan
nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora
yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa
berudu
dan anak ikan. Setelah
dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
Pelestariannya dengan tidak
membunuh capung jarum jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan
bersifat menguntungkan bagi petani karena membantu mengurangi populasi kutu
daun yang merugikan.
IV.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Daftar Fustaka