Jumat, 26 April 2013

Mengenal Ordo Seranga Predator dan Serangga Parasit

                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN


1.1              Dasar Teori

            Secara umum populasi organisme di alam berada dalam keadaan seimbang pada jenjang populasi tertentu. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor dalam populasi sendiri, yang mengendalikan populasi tersebut. Salah satu kelompok faktor lingkungan itu adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan pathogen.
Serangga, selain bersifat sebagai hama,banyak pula yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Selain tipe alat mulut yang khas, predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya dan membutuhkan lebih dari seekor mangsa selama hidupnya. Mangsa biasanya lebih kecil , lebih lemah atau kurang lincah. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Seranggga predator banyak berasal dari ordo coleopteran disusul oleh ordo odonata dan hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C. repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis.
Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi.
Pemangsa dari kelompok arthropoda terdiri atas sejumlah besar jenis serangga, ditambah dengan laba-laba dan tungau pemangsa. Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 200.000 jenis pemangsa arthropoda, termasuk berbagai jenis laba-laba dan tungau pemangsa. Serangga pemangsa terdiri atas lebih dari 16 bangsa dan kurang lebih 2000 suku. Karakteristik umum serangga pemangsa: mengkonsumsi banyak individu mangsa selama hidupnya, umumnya berukuran sebesar atau relatif lebih besar daripada mangsanya, menjadi pemangsa ketika sebagai larva/nimfa, dewasa (jantan dan betina), atau keduanya, pemangsa menyerang mangsa dari semua tahap perkembangan, biasanya hidup bebas dan selalu bergerak, mangsa biasanya dimakan langsung, biasanya bersifat generalis, sering kali memiliki cara khusus untuk menangkap dan menaklukkan mangsanya. Beberapa bangsa serangga yang penting sebagai pemangsa dalam pengendalian alami dan hayati, antara lain adalah Coleoptera, Hemiptera, Neuroptera, dan Diptera. Kelompok pemangsa penting yang bukan serangga adalah laba-laba dan tungau pemangsa. (Basukriadi, 2011)
Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky  (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat. Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae. Parasitoid dianggap lebih baik dari pada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. (Basukriadi, 2011).
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga betina. Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya sangat besar. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga keluar (manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik. . Rata-rata dari serangga predator memiliki perkembangan Metamorfosis tidak sempurna dan metamorfosis sempurn, metemorfosis tidak sempurna (Hemimetabola) hemimetabola memiliki cara hidup yang hampir sama dengan paurometabola, hanya habitat dari serangga pradewasanya berbeda dengan imagonya. Stadia dalam perkembangan hidupnya terdiri dari telur, naiad, dan imago. Serangga pradewasa disebut dengan istilah naiad. Naiad hidup diair, dan mempunyai alat bernafas semacam insang sedangkan habitat imago habitatnya di darat atau di udara. Serangga yang memiliki perkembangan hemimetabola adalah ordo Odonata (Capung) (Reo, 2009).
Metamorfosis Sempurna (Holometabola) : pada tipe ini serangga memiliki empat stadia selama siklus hidupnya, yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago. Serangga pradewasa disebut larva, dan memiliki habitat yang berbeda dengan imagonya. Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar (Hidayat, 2007).
Siklus hidupnya berada di dalam atau menempel pada inang. Umumnya parsit merusak tubuh inang selama peerkembangannya. Beberapa jenis parasit dari anggota tabuhan (Hymenoptera), meletakkan telurnya didalam tubuh inang dan setelah dewasa serangga ini akan meninggalkan inang dan mencari inang baru untuk meletakkan telurnya (Reo, 2009).
Untuk serangga parasit tipe perkembangannya adalah Metamorfosis bertahap (Paurometabola) : serangga yang mengalami perubahan bentuk secara paurometabola selama siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa dan imago. Serangga pradewasa disebut nimfa. Nimfa dan imago memiliki tipe alat mulut dan jenis makanan yang sama, bentuk nimfa menyerupai induknya hanya ukurannya lebih kecil, belum bersayap, dan belum memiliki alat kelamin. Serangga pradewasa mengalami beberapa kali pergantian kulit, diikuti pertumbuhan tubuh dansayap secara bertahap (Hidayat, 2007).

1.2.            Tujuan
            Untuk mengetahui perbedaan lebih jelas antara serangga parasit dan peredator (dlm hal habitat, jumlah inang/magsa, keaktifan dan ukuran tubuh) sehingga memudahkan indentifikasi



                                                                                                                                       II.            BAHAN DAN METODE


2.1.            Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Ordo Seranga Predator dan Serangga Parasit) ini dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 13 April 2013.

2.2.            Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah specimen serangga predator dengan mangsanya, serangga parasit dengan inangnya. Belalang sembah (Himenopus coronotus L.), Lalat buas (Lepitogaster miegan), Kumbang lembing (Monochillus sexmaculata), Parasit pinggang ramping (Xanthopimpla sp), Capung jarum (Agriochemis pygmaea). Sedangkan alat yang digunakan adalah lup, alat gambar, dan alat tulis lainya.

2.3.            Cara Kerja

Setiap Praktikan membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar, yaitu : a. Bentuk serangga secara utuh; b. Masing-masing bagian (sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen) dan kaki.; c. Melakukan pengklasifikasian (spesies, genus, ordo, dan familia) serta biologi serangga tersebut (telur-larva-pupa-imago atau telur-nimfa-imago) pada serangga predator dengan mangsanya, sserangga parasit dengan inangnya.; d. Membuat resume singkat yang menyangkut perbedan serangga parasit dan predator tersebut (habitat, jumlah inang/mangsa, keaktifan dan ukuran tubuh) dan cantumkan dalam laporan.



                                                                                                                            III.            HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.            Hasil pengamatan

No
Nama Serangga
Ordo
Tipe Perkembangan
Tipe Mulut
Golongan Serangga
Manggsa / Inang
1
Belalang sembah (Himenopus coronotus L.)
Ortophtera
Paurometabola
Menggigit– mengunyah
predator
Walang sangit/bulir padi
2
Lalat buas (Lepitogaster miegan)
Diptera
Holometabola
Menggigit
Predator

3
Kumbang lembing (Monochillus sexmaculata)
Coleoptera
Holometabola
Menggigit– mengunyah
Predator
Kutu loncat/padi
4
Parasit pinggang ramping (Xanthopimpla sp)
Hymenoptra
Holometabola
Menusuk– menghisap
Parasit

5
Capung jarum (Agriochemis pygmaea)
Odonata
Paurometabola
Menggigit- mengunyah
Predator
Kuku daun kelap



3.2.            Pembahasan

3.2.1.      Belalang sembah (Himenopus coronotus L.)


Klasifikasi dari belalang sembah adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Mantodea
Famili: Mantidae
Genus: Himenopus
Spesies: Himenopus coronatus L.

Belalang sembah mudah dikenal karena kaki depannya dibentuk khusus untuk menangkap dan memegang mangsa. Kepalanya bisa bergerak dengan bebas, sehingga serangga ini adalah satu-satunya yang mampu menoleh kebelakang. Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama teh seperti Helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu sampaimangsa cukup dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua kaki depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya. Telur belalang sembah diletakkan pada ranting atau bagian tanaman yang lainnya. Biasanya telur ditutup dengan biuh berukuran cukup besar. Buih tersebur kemudian mengeras dan nimfa akan muncul dengan jumlah puluhan hingga ratusan, tetapi perkembanganya lambat. Nimfa binatang tersebut bergerak, bersikap menyembah dan juga menangkap mangsanya dengan cepat. Sementara itu, belalang dewasa biasanya tidak bergerak, tetapi dengan sabar sambil menyembah menunggu mangsanya. Belalang betina biasanya akan memakan yang jantan sesudah perkawinan. Ciri-ciri yang dimiliki belalang sembah adalah memiliki 3 pasang kaki. Dua pasang kali belakang digunakan untuk berjalan sedangkan sepasang kaki depan berguna untuk menangkap mangsa. Kaki depannya sangat kuat dan berukuran paling besar dengan sisi bagian dalamnya berduri tajam yang berguna untuk mencengkeram mangsanya. Belalang sentadu adalah salah satu dari segelintir serangga yang dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat. Belalang sembah adalah serangka pemangsa tingkat tinggi dan merupakan serangga karnivora yang makan segala macam serangga dan terkadang bersifat kanibal. Mereka biasanya diam dan menunggu korban mereka dengan tungkai-tungkai depan dengan posisi yang diangkat ke atas. Serangga ini mempunyaicara kamuflase atau penyamaran yang baik, ada yang mirip seperti daun, ranting, bunga dan sebagainya, sehingga tidak dikenali oleh mahluk yang lainnya, termasuk mangsanya. Belalang sembah atau belalang sentadu sangat selektif dalam memakan mangsanya. Seranga ini tidak memakan semua bagian tubuh mangsanya dan seringkali menyisakan kaki, sayap dan beberapa bagian tubuh lain yang tidak disukai.
Pelestariannya dengan tidak membunuh belalang sembah jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan bersifat menguntungkan bagi petanikarena membantu mengurangi populasi hama yang merugikan.



3.2.2.      Lalat buas (Lepitogaster miegan)


Klasifikasi dari lalat buas adalah sebagai berikut:
kingdom: Animalia
Filum: Arthopoda
Klas: Insekta
Subklas: Pterygota
Ordo: Diptera
Famili: Asilidae
Genus: Leptogaster
Spesies: Leptogaster miegan.

Lalat buas adalah pemangsa hama yang efektif. Lalat ini memakan banyak jenis serangga, dan dapat menangkap mangsa yang lebih besar dari pada dia. Sebagian jenis lalat buas memangsa serangga yang terbang, dan sebagian memangsa serangga yang hinggap di tanaman atau di permukaan tanah. Lalat buas dapat juga menangkap kumbang penggerek buah kopi yang sedang terbang dari buah kebuah lain pada siang hari. Daur hidup, lalat betina bertelur di tanah, kayu busuk, kotoran binatang atau di tempat lain yang serupa. Telur menetas, dan larva lalat memakan larva serangga lain atau makan daun/ kayu/ bahan lain yang busuk. Larva berubah menjadi pupa dalam kepompong. Akhirnya dewasa keluar dari kepompong untuk kawin dan mencari mangsa. Jika diamati perilaku lalat buas, dapat dilihat bahwa setiap individu mempunyai daerah yang dijaga. Lalat buas memburu mangsa dalam daerah tersebut dan setelah dia terbang sering kembali ke tempat yang sama. Muka lalat buas berjenggot, sering dengan banyak bulu di antara mata dan disekitar mulut. Kakinya panjang dan kuat.
Lalat buas dapat petani lestarikan khususnya petani kopi dikarenakanlalat buas memakan hama yang menyerang kopi. Hal ini membantu para petanikopi untuk mengurangi biaya dalam pengendalian hama yang merugikan dan menekan pertumbuhan dari hama penggerek buah kopi.

3.2.3.      Kumbang lembing (Monochillus sexmaculata)


            Klasifikasi dari kumbang lembing adalah sebagai berikut:
                    Kingdom: Animalia
                    Filum: Arthopoda
                    Klas: Insekta
                    Subklas: Pterygota
                    Ordo: Coloeptera
                    Famili: Coccinellidae
                    Genus: Monochillus
                    Spesies: Monochillus sexmaculata.

Kumbang lembing/kepik melakukan perkawinan agar bisa berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kepik yang memiliki corak warna berbeda, namun tetap bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak secara normal karena masih berasal dari spesies yang sama. Kepik betina dari jenis kepik karnivora selanjutnya memilih tempat yang banyak dihuni oleh serangga makanannya agar begitu menetas, larva itu mendapat persediaan makanan melimpah. Pada kepik pemakan daun, betina yang baru bertelur di suatu tanaman akan meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur ditanaman yang sama. Di wilayah empat musim, jika kepik betina tidak berhasil menemukan tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka kepik betina akan menunda pelepasan telurnya hingga musim dingin usai. Kepik sebagai anggota dari ordo Coleoptera (kumbang) mengalami metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kepik berbentuk lonjong dan berwarna kuning. Telur-telur ini biasanya menetas sekitar seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Larva kepik umumnya memiliki penampilan bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan makan sesuai makanan induknya dan ketika mereka bertumbuh semakin besar, mereka melakukan pergantian kulit. Larva yang sudah sampai hingga ukuran tertentu kemudian akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong pada usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting dan berwarna kuning dan hitam. Kepik dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah sekitar satu minggu. Sayap depan kepik yang baru keluar masih rapuh dan berwarna kuning pucat sehingga ia akan berdiam dirisejenak untuk mengeraskan sayapnya sebelum mulai berakivitas. Panjang lembing ± 5-6 mm berwana merah dengan bercak-bercak hitam. Panjang larvanya sekitas 8 mm. warna larvanya cokelat dengn beberapa bercak hitam, putih, dan kuning. Kumbang lembing memiliki penampilan yang cukup khas sehingga mudah dibedakan dari serangga lainnya. Tubuhnya berbentuk nyaris bundar dengan sepasang sayap keras di punggungnya. Sayap keras di punggungnya berwarna-warni, namun umumnya berwarna mencolok ditambah dengan polase perti totol-totol. Sayap keras yang berwarna-warni itu sebenarnya adalah sayap elitra atau sayap depannya. Sayap belakangnya berwarna transparan dan biasanya dilipat di bawah sayap depan jika sedang tidak dipakai. Saat terbang,ia mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara sayap depannya yang kaku tidak bisa mengepak dan direntangkan untuk menambah daya angkat. Sayap depannya yang keras juga bisa berfungsi seperti perisai pelindung. Kumbang koksi memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantunya saat makan hewan-hewan kecil seperti kutu daun. Di kakinya terdapat rambut- rambut halus berukuran mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan mikroskop) yang ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan bahan berminyak yang lengket sehingga kepik bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat sulit seperti di kaca atau di langit-langit. Selain memakan kutu daun, lembing juga dapat memakan tungau pada singkong. Kadang juga lembing mendatangi bunga. Lembing betina dapat bertelur sampai 3000 butir. Lamanya hidup sampai 60 hari.
Lembing ini dapat memakan aphis sebanyak 200 ekor atau sekitar 400 butir telur setiap harinya. Oleh karena itu pada waktu pengendalian hama denga pestisida jangan sampai jenis lembing predator ini ikut terbunuh. (Pracaya, 2008).


3.2.4.      Parasit pinggang ramping (Xanthopimpla sp)


Klasifikasi dari parasit pinggang ramping adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia,
Filum: Arthopoda,
Klas: Insekta,
Subklas: Pterygota,
Ordo: Hymenoptera,
Famili: Icheumanidae,
Genus: Xanthopimpla,
Spesies: Xanthopimpla sp.

Parasit pinggang ramping dan anggota Hymenoptera lainnya memiliki tubuh yang mudah dikenali dibandingkan dengan kelasserangga lainnya. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama: kepala, thorax, dan abdomen (beberapa literatur lain menyebutnya terdiri dari kepala, metasoma,dan mesosoma walaupun maksudnya sama). Ciri khas utama dari anggota Hymenoptera - termasuk tawon - adalah adanya "pinggang" berukuran ramping yang menghubungkan bagian dada dengan perutnya (kecuali pada lalat gergaji famili Tenthrenidae) sehingga tubuhnya bisa menekuk dengan mudah. Dikepala Parasit pinggang ramping terdapat sepasang mata majemuk, yaitu matayang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil. Selain sepasang mata majemuk tadi, tawon juga memiliki 3 buah oselus (mata sederhana) di puncak kepalanya. Oselus tidak digunakan untuk melihat, melainkan untuk mendeteksi intensitas cahaya di sekitarnya sehingga mereka bisa tahu kapan harus memulai dan mengakhiri aktivitasnya. Parasit pinggang ramping juga memiliki sepasang rahang bawah (mandibula) yang bisa digunakan untuk berbagai aktivitas seperti menjepit benda, mencabut serat kayu, dan bahkan untuk membunuh serangga lain. Bagian lain yang terdapat di kepala. Parasit pinggang ramping adalah sepasang antena yang berbuku-buku untuk mendeteksi rangsangan kimia. Parasit pinggang ramping sebagai anggota filum Arthropoda tidak  memiliki kerangka dalam, namun tubuhnya ditutupi oleh cangkang luar yang disebut eksoskeleton. Warna cangkang luarnya bervariasi di mana pada tawon dari famili Vespidae, tubuhnya berwarna mencolok kuning dan hitam sebagai peringatan bagi hewan lain agar tidak mengganggunya bila tidak ingin disengat. Tubuh Parasit pinggang ramping juga nyaris tidak diselubungi rambut (kebalikan dari lebah yang tubuhnya diselubungi rambut lebat). Semua tawon memiliki sayap (kecuali tawon betina dari family Mutillidae) berwarna transparan. Sayap ini jumlahnya 2 pasang dan bergerak seirama di mana jika sayap depan naik, maka sayap belakang juga ikut bergerak naik. Parasit pinggang ramping sangat pandai terbang di udara karena saat terbang, ia bisa melakukan aneka manuver seperti terbang cepat, berputar di angkasa, dan bahkan terbang mundur. Parasit pinggang ramping umumnya terbang dengan melipat kaki. Parasit pinggang ramping anggota Hymenoptera menjalani metamorfosis sempurna yang berarti mereka menjalani 4 tahap dalam pertumbuhannya: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Larva Parasit pinggang ramping umumnya tidak memiliki mata, kaki, dan rahang untuk mengunyah sehingga agar bisa makan, ia bergantung pada induknya yang menaruhnya saat masih menjadi telur di dekat makanannya. Larva Parasit pinggang ramping yang bertumbuh akan mengalami pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi kepompong. Kepompong Parasit pinggang ramping biasanya berbentuk mirip dengan Parasit pinggang ramping dewasa, namun berwarna pucat. Parasit pinggang ramping yang sudah menjalani fase kepompong kemudian akan menetas keluar dari kepompongnya, lalu menunggu sejenak agar sayapnya kering sebelum bisa dipakai untuk terbang. Parasit pinggang ramping merupakan salah satu serangga yang sangat penting bagi ekosistem setempat. Parasit pinggang ramping memburu hewan-hewan seperti ulat yang merusak tanaman untuk makanan larvanya sehingga penting dalam mengendalikan populasi hewan-hewan hama di alam. Parasit pinggang ramping sendiri pada gilirannya dimakan oleh pemangsa seranggalain sehingga menciptakan suatu rantai makanan yang berkesinambungan. Peran mereka dalam mengendalikan populasi hama membuat beberapa jenis dari mereka diternakkan secara khusus untuk menjadi pembasmi hama ramah lingkungan (bioinsektisida). Parasit pinggang ramping dewasa juga berperandalam proses penyerbukan bunga saat memakan nektar sehingga ikut membantu perkembangbiakan tanaman yang bersangkutan. Tidak semua tawon membawa dampak positif bagi lingkungan dan juga manusia. Larva dari lalat gergaji famili Tenthredinidae memakan daun sehingga merusak tanaman.  Tawon juga dianggap merugikan manusia ketika membuat sarang di sekitar pemukiman manusia karena mereka sewaktu-waktu bisa menyengat manusia dan hewan peliharaan bila merasa terganggu.
Pelestariannya dengan tidak membunuh parasit pinggang ramping jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan bersifat menguntungkan bagi petani karena membantu mengurangi populasi ulat atau wereng yang merugikan. Karena Parasit pinggang ramping akan memakan ulat atau wereng yang ada pada tanaman sebagai bahan makanannya.


3.2.5.      Capung jarum (Agriochemis pygmaea)


           Klasifikasi dari parasit pinggang ramping adalah sebagai berikut:
                 Kingdom: Animalia,
                 Filum: Arthopoda,
                 Klas: Insekta,
                 Subklas: Pterygota,
                 Ordo: Odonata,
                 Genus: Agriochemis,
                 Spesies: Agriochemis pygmaea.

Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Capung jarum menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m. Beberapa jenisnya, umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh. Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besarsiklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air,dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
Pelestariannya dengan tidak membunuh capung jarum jika ditemui dilahan atau dimana saja karena akan bersifat menguntungkan bagi petani karena membantu mengurangi populasi kutu daun yang merugikan.


                                                                                                                                                  IV.                        PENUTUP

4.1.         Kesimpulan


Daftar Fustaka