Jumat, 06 Februari 2015

KAK



I.              Latar Belakang
a)   Permasalahan
Kemajuan ilmu dan teknologi dalam kehidupan manusia selalu berkembang sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kondisi alam yang memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk melakukan kegiatan di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian. Untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam bidang pertanian biasanya setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk memperoleh hasil produksi yang lebih baik, meskipun tidak baik untuk kesehatan.
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadangkala sudah berlebihan melebihi takaran atau dosis yang dianjurkan, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem. Disamping itu penggunaan pupuk kimia dapat membuat tanah cenderung menjadi tandus setelah pemakaiannya, selain itu organisme pengurai seperti zat-zat renik, cacing-cacing tanah menjadi berkurang.
Belakangan ini banyak masyarakat yang menginginkan makanan dan sayuran organik. Untuk menghasilkan makanana dan sayuran organik yang berkualitas perlu adanya perawatan yang serius seperti pengguanan pupuk kompos pada tanaman. Selain pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas tanaman, juga dapat memperbaiki struktur tanah, serta dapat menciptakan budidaya hidup sehat (Indriani, 2003).
Pengomposan secara tidak langsung dianggap sebagai teknologi berkelajutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan pupuk kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Proses pengomposan adalah proses dekomposisi materi organik menjadi pupuk kompos melalui reaksi biologis mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali. Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang tergantung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos (Outterbridge, 1991).
Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian yang diantaranya mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik dapat membaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah, dan membantu proses pelapukan tanah (Susetya, 2010).
Bahan baku kompos dapat dibagi menjadi sampah coklat (mengandung unsur C tinggi yang berfungsi sebagai sumber energi makanan bagi mikroba) dan sampah hijau (mengandung unsur N tinggi yang dibutuhkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang). Sampah coklat terdiri dari daun kering, rumput kering, serbuk gergaji serutan kayu, sekam padi, kertas , kulit jagung, jerami. Sedangkan sampah hijau terdiri dari sayuran, buah-buahan, potongan rumput, daun segar, sampah dapur, bubuk teh dan kopi, kulit telur, pupuk kandang (ayam, itik, sapi dan kambing) (Lukitaningsih,2008).
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain: 1. Rasio C//N, rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. 2. Aerasi, pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. 3. Kelembaban, kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. 4. Suhu, suhu yang berkisar antara 30 – 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikrobathermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. 6. pH, pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5 (Destina 2012).
Kompos yang sudah jadi biasanya dapat diketahui dengan cara : 1. Dicium baunya, apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang. 2. Dilihat warnanya, warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. 3. Penyusutan, Terjadi penyusutan volume atau bobot kompos seiring dengan kematangan kompos, biasanya penyusutan berkisar antara 20 – 40%. 4. Suhu, Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan, suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif. 5. Kandungan air kompos, kompos yang sudah matang memiliki kandungan kurang lebih 55-65% (Novizan, 1999).


b)   Lokasi Magang
Kegiatan magang akan dilaksanakan di  YAYASAN USAHA MULIA (YUM), Jl Tjilik Riwut KM 30, Tumbang Tahai, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. YUM resmi didirikan di Indonesia pada tahun 1975 dan pada tahun 2000 YUM didirikan Di Kalimantan Tengah. Salah satu fokus YUM di Kalimantan Tengah adalah di bidang pertanian, dimana YUM membantu masyarakat di Bukit Batu untuk mendirikan mini sistem pertanian organik pada pekarangan mereka dan memberikan pelatihan pada masyarakat bagaimana cara pembuatan pupuk organik dan cara aplikasinya.  
II.           Tujuan
1.      Tujuan Khusus dari Kegiatan Magang adalah sebagai berikut :
-          Untuk mempelajari teknik pembuatan dan pengaplikasian kompos pada sayuran organik di kebun rumah organik warga binaan yayasan usaha mulia
2.      Tujuan umum dari kegiatan magang adalah sebagai berikut :
-          Untuk memperoleh pengalaman teknis dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di lapangan khususnya pembuatan pupuk kompos
-          Untuk meningkatkan ketterampilan dan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan aplikasinya di lapangan.
III.        Rencana Kegiatan Mingguan
            Kegiatan magang direncanakan dimulai dari tanggal 2 maret 2015 dengan rencana kegiatan sebagai berikut :
No
Kegiatan
Pelaksanaan
(.....minggu ke....)
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
Penentuan bahan yang akan digunakan








2.
Persiapan alat dan bahan








3.
Proses pembuatan kompos









-          Pengamatan Suhu









-          Pengamatan pH









-          Pengamatan Warna









-          Penyiraman
-          Pembalikan








5.
Hasil









-          Pengamatan Warna
-          Pengamatan Suhu
-          Pengamatan ph
-          Kadar C organik
-          Kandungan N








6.
Pengaplikasian








Tidak ada komentar:

Posting Komentar