I. PENDAHULUAN
1.1.
Dasar Teori
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan
untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme
pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi
akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti
serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang
dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa
sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan
fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai
dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad
sasaran dibagi menjadi :
a.
Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas
jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan
lain-lain.
b.
Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas
jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar
tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
c.
Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas
binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM,
Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain.
d.
Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
e.
Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa
cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC,
Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
f.
Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan
jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
g.
Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk
mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh :
Ffenazin-5-oksida (Staplex 10 WP).
Pestisida
sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk
murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi
sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama.
Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan
emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang
berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang
diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan
tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila
angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni.
Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan
aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan
emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan
membentuk emulsi.
2. Butiran
(granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian
sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk
melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri
atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan
perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran
butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding
dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang
biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan
zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini
kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen
saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).
4. Tepung
(powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan
aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen).
Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang
tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen,
karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low
volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas.
6. Fumigansia
(fumigant) Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas,
bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang
penyimpanan.
Penggunaan
Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan
prinsip 5 (lima) tepat, yaitu; 1. Tepat Sasaran, tentukan jenis tanaman
dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya
tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya. 2. Tepat Jenis,
setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula
jenis pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga
gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang
paling tepat diantara sekian banyak pilihan, misalnya : untuk pengendalian hama
ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian
tersedia ± 150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak
berlabel, kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan
anjuran yang ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang
dimilki atau akan dimilki. 3. Tepat Waktu, waktu pengendalian yang paling tepat
harus di tentukan berdasarkan ; a. Stadium rentan dari hama yang menyerang
tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III. b. Kepadatan populasi
yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan
Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi. c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan
melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca
panas terik. d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam menaplikasikan sesuatu pestisida antara lain; 1. Dosis Pestisida, Dosis
adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan
dalam satu aplikasi atau lebih. Sementara dosis bahan aktif adalah jumlah bahan
aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume
larutan. Besarnya suatu dosis pestisida tergantung dalam label pestisida.
Sebagai contoh dosis insektisida diazinon 60 EC adalah satu liter per ha untuk
sekali aplikasi, atau misal 400 liter larutan jadi diazinon 60 EC per ha untuk
satu kali aplikasi sedangkan untuk dosis bahan aktif contohnya sumibas 75 SP
dengan dosis 0,75 kg/ha. 2. Konsentrasi Pestisida,
Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan dalam
satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman (OPT) tertentu. 3. Volume Semprot, Volume semprot
adalah banyaknya larutan jadi insektisida yang digunakan untuk menyemprot
hama/penyakit per satuan luas atau per satuan individu tanaman. 4. Bahan Penyampur, Pestisida
sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi biasanya
dinyatakan dalam berat/volume (di Amerika Serikat dan Inggris). Bahan-bahan
lain yang tidak aktif yang dicampurkan dalam pestisida yang telah di formulasi
dapat berupa; a.Solvent adalah bahan cair telarut mis: alkohol, minyak tanah,
xyline dan air. Biasanya bahan terlarut ini telah diberi deodorant (bahan
penghilang bau tidak enak baik yang berasal dari pelarut maupun dari bahan
aktif). b. Sinergis adalah sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun
walaupun bahan itu sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin (berasal dari
biji wijen), dan piperonil butoksida. c. Emulsifier merupakan bahan detergen
yang akan memudahkan terjadinya emulsi bila bahan minyak diencerkan dalam air
Kekurangan pengguna pestisida hama menjadi kebal (resisten). Peledakan hama baru
(resurjensi). Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen. Terbunuhnya
musuh alami. Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia. Tidak
ramah lingkungan. Harganya mahal. Matinya musuh alami hama tanaman. Matinya
organisme yang berguna.
Kelebihan pengguna pestisida Mudah di
dapatkan di berbagai tempat. Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri
pestisida. Kemasan lebih praktis. Bersifat tahan lama untuk disimpan. Daya
racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi serangga.
1.2. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
membedakan formulasi pestisida, dan untuk menentukan formulasi pestisida yang
lebih aman untuk diaplikasikan serta mengetahui kelemahan-kelemahan dalam
aplikasinya.
II.
BAHAN DAN METODE
2.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman (Mengenal Peptisida dan
Aplikasinya) ini
dilaksanaklan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangkaraya. pada hari Sabtu, tanggal 27 April 2013, pukul 13.00 WIB.
2.2. Alat dan Bahan
Bahan
yang digunakan yaitu beberapa jenis dan formulasi pestisida (disesuaikan dengan yang tersedia di laboratorium) dan air. Sedangkan alat yang digunakan adalah sprayer gendong (otomatis dan semi otomatis) gelas
ukur, maske, dll.
2.3. Cara kerja
1.
Menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan, yaitu
pestisida dengan 8 formulasi antara lain; SP, G, AS, F, SD, P, WP, dan EC dan
air.
2. Mengidentifikasiaplikasi pestisida, nama
dagang, nama umum, formulasi, OPT sasaran dan teknik aplikasinya
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil pengamatan
No
|
Golongan
|
Nama Dagang
|
Nama Umum Bahan Aktif
|
Formulasi
|
OPT Sasaran
|
Teknik aplikasi
|
1
|
Insektisida
|
Indovin 85 SP
|
Karbabil 85%
|
Serbuk
|
Serangga
|
Disemprotkan
|
2
|
Nematisida
Insektisida
Fungisida
|
Basamid – 6
|
Dazomet 35%
|
Butiran
|
Nematoda serangga
|
Ditaburkan
|
3
|
Fungisida
|
Ridomil 35 SD
|
Metalaksil 35%
|
Serbuk
|
Jamur
|
Disemprotkan
|
4
|
Fungisida
|
Kumulus 80 WD6
|
Belerang 80%
|
Butiran
|
Jamur
|
Disemprotkan
|
5
|
Rodentisida
|
Mesophide 80P
|
Seng fosida 80%
|
Serbuk
|
Tikus
|
Disebarkan
|
6
|
Fungisida
|
Antracol 70WP
|
Propineb 70,5%
|
Serbuk
|
Jamur
|
Disemprotkan
|
7
|
Insektisida
|
Petrogenol 800L
|
Metil eugenol 800 g/L
|
Cairan
|
Serangga
|
Diteteskan pada kapas
|
8
|
Insektisida
|
Supracide 25WP
|
Meditation 25%
|
Serbuk
|
Serangga
|
Disemprotkan
|
9
|
Bakterisida
|
Agrept 20WP
|
Streptomisin sulfat 20%
|
Serbuk
|
Bakteri
|
Disemprotkan
|
10
|
Herbisida
|
Polaris
|
Monoamonium glifosat 200g/L
Monoamonium glifosat 8g/L
|
Cairan
|
Gulma
|
Disemprotkan
|
11
|
Insektisida
|
Dharmabas 500EC
|
BPMC 500g/L
|
Cairan
|
Serangga
|
Disemprotkan
|
12
|
Fungisida
|
Agrifos 400AS
|
Asam fosfit 400g/l
|
Cairan
|
Jamur
|
Disemprotkan
|
13
|
Insektisida
|
Bancol 50WP
|
Besultap 50%
|
Serbuk
|
Serangga
|
Disemprotkan
|
3.2.
Pembahasan
3.2.1. Indovin
85SP
Pestisida dengan nama dagang Indovin
85SP ini termasuk dalam golongan Insektisida, dengan nama umum
bahan aktif karbabil 85%, jenis formulasi pestisida ini adalah serbuk, dengan sasaran OPT serangga, dengan cara disemprotkan disemprotkan.
3.2.2. Basamid-6
Pestisida
dengan nama dagan Basamid-6 ini termasuk dalam golongan Insektisida, nematisida dan
fungisida, dengan nama umum bahan aktif Dazomet 98%, jenis formulasi pestisida ini adalah butiran, dengan sasaran OPT serangga dan nematoda dengan cara pengaplikasian ditaburkan.
3.2.3. Ridomil 35
SD
Pestisida
dengan nama dagang Ridomil 35 SD ini termasuk dalam golongan fungisida, dengan
nama umum bahan aktif Metalaksil 35%, jenis formulasi pestisida ini adalah Serbuk, dengan sasaran OPT jamur dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.4. Kumulus
80 WD6
Pestisida
dengan nama dagang Kumulus 80 WD6 ini termasuk dalam golongan fungisida, dengan
nama umum bahan aktif belerang 80%, jenis formulasi pestisida ini dalah butiran, dengan sasaran OPT jamur dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.5.
Mesophide 80P
Pestisida
dengan nama dagang Mesophide 80P ini termasuk dalam golongan rodentisida, dengan nama umum
bahan aktif Seng fosida 80%, jenis formulasi pestisida ini adalah serbuk, dengan sasaran OPT tikus dan nematoda dengan
cara pengaplikasian disebarkan.
3.2.6. Antracol 70WP
Pestisida
dengan nama dagang Antracol 70WP
ini termasuk dalam golongan fungisida, dengan
nama umum bahan aktif Propineb 70,5%, jenis formulasi pestisida ini adalah serbuk, dengan sasaran OPT jamur dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.7. Petrogenol 800L
Pestisida
dengan nama dagang Petrogenol 800L
ini termasuk dalam golongan Insektisida, dengan nama umum
bahan aktif Metil eugenol 800 g/L, jenis formulasi pestisida ini adalah cairan, dengan sasaran OPT serangga dengan cara pengaplikasian diteteskan
pada kapas.
3.2.8. Supracide 25WP
Pestisida
dengan nama dagang Supracide 25WP
ini termasuk dalam golongan Insektisida, dengan nama umum
bahan aktif Meditation 25%, jenis formulasi pestisida ini adalah serbuk, dengan sasaran OPT serangga dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.9. Agrept 20WP
Pestisida
dengan nama dagang Agrept 20WP
ini termasuk dalam golongan Bakterisida, dengan nama umum bahan aktif Streptomisin sulfat 20%, jenis formulasi pestisida ini adalah serbuk, dengan sasaran OPT bakteri dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.10. Polaris
Pestisida dengan nama dagang Polaris ini termasuk dalam golongan Herbisida, dengan nama umum bahan aktif Monoamonium
glifosat 200g/L dan Monoamonium glifosat 8g/L, jenis formulasi pestisida ini adalah cairan, dengan sasaran OPT gulma dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.11. Dharmabas 500EC
Pestisida
dengan nama dagang Dharmabas 500EC
ini termasuk dalam golongan Insektisida, dengan nama umum
bahan aktif BPMC 500g/L, jenis formulasi pestisida ini adalah cairan, dengan sasaran OPT serangga dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.12. Agrifos 400AS
Pestisida
dengan nama dagang Agrifos 400AS
ini termasuk dalam golongan fungisida, dengan
nama umum bahan aktif Asam fosfit 400g/l, jenis formulasi pestisida ini adalah cairan, dengan sasaran OPT Jamur dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
3.2.13. Bancol
50WP
Pestisida
dengan nama dagang Bancol 50WP ini termasuk dalam golongan Insektisida, dengan nama umum
bahan aktif Besultap 50%, jenis formulasi pestisida ini adalah serbuk, dengan sasaran OPT serangga dan nematoda dengan cara pengaplikasian disemprotkan.
|
IV. PENUTUP