10. Deja vu 
Deja vu adalah pengalaman tertentu akan
sesuatu yang sedang berlangsung di mana anda sudah mengalaminya  atau 
melihat situasi  baru 
itu  sebelumnya  - 
anda  merasa  seolah-olah
peristiwa telah terjadi atau sedang mengulanginya.  Pengalaman itu biasanya disertai oleh
perasaan yang kuat  seperti  sudah
mengenal  dan  suatu 
perasaan  berupa  kengerian, 
asing,  atau aneh. Pengalaman "yang  sebelumnya"  ini 
biasanya berhubungan  dengan 
mimpi, tetapi  kadangkadang ada
suatu perasaan pasti bahwa itu sudah terjadi di masa lalu. 
9. Deja Vecu 
Deja vecu (Dibaca deya vay-koo) adalah apa yang
dialami banyak orang ketika mereka berpikir sedang  mengalami 
deja vu.  Deja 
vu  adalah  perasaan 
telah  melihat  sesuatu
sebelumnya, sedangkan deja vecu adalah pengalaman setelah melihat suatu
peristiwa sebelumnya, tapi hanya di 
dalam  detil  yang 
besar  -  seperti 
mengenali  bau-bauan  dan 
bunyi-bunyian.  Hal  ini 
juga biasanya disertai oleh suatu perasaan yang sangat kuat akan
pengetahuan sesuatu yang akan datang
kemudian.  Pengalaman  yang 
pernah  terjadi  - 
tidak  hanya mengenal  apa 
yang  akan datang  berikutnya 
-  tetapi  juga
mampu  mengatakan  kepada 
orang  di  sekitar 
apa  yang  akan datang 
itu,  dan  biasanya 
itu  adalah  benar. 
Ini  sangat  aneh
dan  sensasi  yang 
tidak  bisa dijelaskan. 
8. Deja Visite 
Deja Visite adalah pengalaman yang hanya
sedikit orang mengalaminya di mana melibatkan suatu pengetahuan  gaib
akan  suatu  tempat 
yang  baru.  Sebagai 
contoh,  anda mungkin 
pernah mengetahui jalur jalan di suatu kota yang baru anda datangi atau
pemandangannya meskipun tidak pernah ke sana sebelumnya, dan anda yakin
mustahil mempunyai pengetahuan tentang itu. Kalau  Deja 
Visite  tentang  hubungan-hubungan  geografis 
dan  ruang,  selagi 
Deja  Vecu  adalah tentang  kejadian-kejadian  sementara 
waktu.  Nathaniel Hawthorne 
menulis  tentang  sebuah pengalaman  seperti 
ini di dalam 
bukunya  "Our  Old 
Home"  di  mana 
dia  mengunjungi sebuah benteng yang sudah hancur dan mempunyai
pengetahuan lengkap mengenai denah tata letaknya. Ia kemudiannya  mampu 
melacak  pengalaman  itu 
dalam sebuah puisi 
karangan  Alexander Pope yang
dibacanya beberapa tahun kemudian. Puisi itu menggambarkan keadaan benteng itu
dengan akurat persis seperti yang diketahuinya. 
7. Deja Senti 
Deja 
Senti  adalah  fenomena 
akan  sesuatu  yang 
pernah dirasakan.  Hal 
ini  eksklusif  sebuah fenomena kejiwaan  dan jarang menetap di  dalam 
ingatan anda setelah  itu. Di
dalam kata-kata dari orang setelah
mengalaminya adalah: "Apa yang menjadi perhatian adalah apa yang sudah diperhatikan
sebelumnya,  dan sungguh sudah dikenal,
tetapi  sudah dilupakan untuk sementara waktu,  dan 
sekarang  merasa  puas
seakan-akan  hal  itu 
telah  diingat  kembali. 
Kemampuan mengingat  itu  selalu 
dimulai  dengan  suara 
orang  lain,  atau
oleh  perkataan  dari 
pikiranku sendiri,  atau  dengan 
apa  yang kubaca 
dan  perkataan  jiwa. 
Aku  pikir  selama 
keadaan  tidak normal  aku 
berkata-kata  secara  umum 
beberapa  kalimat sederhana 
seperti  Oh,  ya. 
Aku mengerti ,  Tentu saja, aku
ingat , dan lain-lain, hanya satu atau dua menit kemudian aku dapat mengingat  kembali  semuanya, 
dengan  tidak memerlukan 
kata-kata  maupun  pemikiran 
yang dinyatakan dengan  lisan 
untuk  menimbulkan  ingatan. Aku 
hanya mendapatkan  bahwa perasaan itu serupa dengan apa yang
sudah kurasakan sebelumnya di dalam kondisi tidak normal seperti itu. Anda
berpikir baru saja mengucapkannya, tetapi anda juga menyadari bahwa
sesungguhnya tidak mengucapkan suatu kata pun. 
6. Jamais Vu 
Jamais vu (tidak pernah melihat) digambarkan
sebagai sebuah situasi sudah pernah dikenal tapi tidak bisa mengenali. Hal itu
sering dianggap sebagai kebalikan dari deja vu dan menimbulkan perasaan  ngeri 
dan  takut.  Anda 
tidak mengenali  sebuah 
situasi  meskipun  anda  mengetahui
secara rasional bahwa anda telah berada di dalam situasi itu sebelumnya. Secara
umum dapat dijelaskan ketika seseorang beberapa saat tidak mengenali seseorang,
kata, atau tempat yang sebetulnya 
sudah  diketahuinya.  Ini 
menjadikan  orang percaya 
bahwa  jamais  vu 
merupakan sejenis gejala dari kelelahan otak. 
5. Presque Vu 
Presque vu sering diungkapkan dengan
kata-kata, "serasa sudah di ujung lidah" - merupakan perasaan yang
kuat bahwa anda akan mendapatkan petunjuk atau ilham akan apa yang terlupa, tapi  tidak 
pernah datang.  Istilah  "presque 
vu" artinya
"hampir  melihat".  Sensasi 
presque  vu dapat sangat
mengacaukan perasaan dan pikiran, dan seringkali orang sudah tidur dibuatnya. 
4. L esprit de l Escalier 
L'esprit 
de  l'escalier  (lelucon 
di  tangga  rumah) 
adalah  rasa untuk 
berpikir  suatu  komentar balasan  yang 
cerdas  ketika hal 
itu  sudah  terlambat 
untuk  disampaikan.  Ungkapan 
itu dapat digunakan untuk
menguraikan tentang komentar balasan yang cepat terhadap penghinaan, atau setiap
komentar pintar dan jenaka, walaupun kedatangannya sudah terlambat dan tidak
berguna lagi diumpamakan kita berpikir ketika sudah berada di atas tangga
meninggalkan suatu kejadian. Sebuah kata dari bahasa  Jerman 
treppenwitz  digunakan untuk
maksud yang sama. Ungkapan yang terdekat di dalam bahasa Inggris untuk
menguraikan situasi ini adalah "being wise after the  event  
atau menjadi  bijaksana 
setelah  kejadian.  Peristiwa 
itu  biasanya disertai 
oleh perasaan penyesalan karena tidak terpikirkan sebelumnya untuk
memberikan komentar balasan yang cepat di saat diperlukan. Tapi mungkin lebih
bijaksana kalau kita berpikir bahwa balasan itu mungkin bisa merunyamkan
hubungan. Tuhan menyintai orang yang sabar dan menahan diri. 
3. Capgras Delusion 
Capgras 
delusion  adalah  fenomena 
di  mana  seseorang
percaya  bahwa  sahabat 
karib  atau keluarganya  sudah
berganti  identitas  seperti 
seorang  penipu.  Hal 
ini berhubungan  dengan kepercayaan  kuno 
bahwa  bayi-bayi telah  dicuri 
dan  digantikan  oleh 
peri penculik anak  dalam dongeng-dongeng
di abad pertengahan, seperti juga khayalan modern mengenai makhluk asing atau
alien yang mengambil alih tubuh dari orang-orang di bumi untuk dijadikan sekutu
mereka. Khayalan  ini  ditemukan 
paling  umum  pada 
pasien berpenyakit  jiwa, 
tetapi  tidak  menutup kemungkinan itu juga sudah mengacaukan
pikiran anda. 
2. Fregoli Delusion 
Fregoli 
Delusion  adalah  fenomena otak 
yang  jarang  terjadi,
di mana  seseorang  mempercayai bahwa  orang-orang 
yang berbeda,  sesungguhnya 
adalah  orang  yang 
sama  yang sedang menyamar.  Hal 
itu  sering  dihubungkan 
dengan  paranoid dan 
kepercayaan  bahwa  orang yang menyamar itu sedang berusaha untuk
menganiaya dirinya. Kondisi itu diberi nama seperti aktor Italia, Leopoldo  Fregoli yang 
terkenal dengan kemampuannya untuk merubah diri secara cepat selama penampilannya 
aktingnya.  Laporan  pertama 
di  1927  dalam
sebuah  studi  kasus 
pada seorang wanita berusia 27 tahun yang percaya dia sedang dianiaya
oleh dua yang aktor yang sering
dilihatnya  di  sebuah 
teater.  Dia  percaya 
kalau  orangorang ini 
"mengejarnya  terus-menerus
dengan berubah wujud seperti orang-orang yang dikenalnya . 
1. Prosopagnosia 
Prosopagnosia adalah fenomena di mana
seseorang tidak mampu mengenali wajah-wajah orang atau obyek yang seharusnya
sudah dikenal. Orang-orang yang mengalami kekacauan ini biasanya mampu  menggunakan 
perasaan lainnya  untuk 
mengenali  orang-orang,  seperti 
bau  parfum seseorang, bentuk  atau gaya rambut, suara, atau  bahkan gaya
berjalan mereka. Suatu kasus yang klasik 
dari kekacauan ini dimuat dalam sebuah buku yang terbit tahun 1998 dan
pernah ditampilkan dalam bentuk opera Michael Nyman berjudul "The man who
mistook his wife for a hat  atau orang
yang keliru akan istrinya karena topinya. Kita mempunyai beberapa pengalaman akan
perasaan, yang datang kepada kita beberapa saat, dari apa yang kita katakan,
dilakukan setelah  dikatakan  atau 
dilakukan sebelumnya,  di 
suatu  waktu  yang 
lampau  -  dari 
hal-hal  di sekeliling kita,
berupa masa lalu,  dengan wajah-wajah
sama, benda-benda, dan keadaan - dari pengetahuan
kita yang sempurna akan apa yang akan dikatakan nanti, seolah-olah kita
tiba-tiba mengingatnya! - Charles Dickens